19.30


Juyeon tau ia sudah terlambat. Namun mau bagaimana lagi? Ia tak mengetahui dimana tempat acaranya. Membuatnya harus berkendara pelan sembari terus melihat maps pada ponselnya agar tak terlewat.

Setelah sampai pada titik lokasi, yg Juyeon tangkap pertama kali adalah sebuah bangunan megah bak istana, yg mengharuskan ia untuk memperlihatkan id cardnya sebagai karyawan sebagai akses masuk. Wajar, karna itu adalah acara penting para royal family. Sah sah saja jika diberi pengamanan ekstra.

Saat kedua pintu kayu besar tersebut dibuka, yg terlihat pertama kali adalah sebuah karpet merah yg membentang sampai ujung ruangan. Dan diujung karpet tersebut Juyeon melihat sepasang anak manusia yg tak asing lagi dimatanya. Sedang berdiri berhadapan. Namun kini ketiganya saling adu pandang.

Sejujurnya mereka sama sama terkejut. Namun Juyeon yg pembawaannya tenang berhasil menyembunyikan rasa kagetnya. Dan dengan kemantapan hati ia melangkahkan kaki lurus kedepan menghampiri si empunya acara.

Hyunjae membeku di tempatnya. Tak percaya akan apa yg ia lihat.

Dan seiring terkikisnya jarak, semakin gemetaran pula Hyunjae dibuatnya.

“Selamat ya? Bahagia terus, Haruku..” ujar Juyeon lirih. Berusaha untuk tetap tegar dan sebisa mungkin menahan tangisnya.

Berbeda dengan Hyunjae yg kini sudah berkaca kaca. Kotak beludru yg sebelumnya ia genggam itupun jatuh begitu saja. Membuat semua tamu yg hadir kebingungan.

“Di-dipeluk rindu?” Balasnya dengan suara yg bergetar.

“iya, ini aku dipeluk rindu.. tapi karna rindunya udah terobati, jadi ijinin aku buat pergi. Aku janji gabakal muncul dihadapan kamu lagi..”

Air mata Hjunjae lolos begitu saja mendengarnya. Membuat Juyeon mengurungkan niatnya untuk berbalik badan.

Kemudian, diusapnya air mata itu dengan salah satu ibu jarinya.

“Jangan nangis, Haruku.. sakit hatiku liatnya.”

Namun bukannya memberi ketenangan, air mata Hyunjae justru jatuh semakin deras. Dipegangnya tangan Juyeon yg kini masih berada di pipinya tersebut. Namun Juyeon justru melepasnya dengan lembut lalu berkata,

“Kamu bakalan tetep jadi Haruku, sampai kapanpun..” sebelum akhirnya berbalik badan dan berlalu begitu saja. Dan Hyunjae hanya bisa menatap nanar punggung gagah yg dulu pernah jadi sandarannya tersebut. Semakin menjauh sampai mengilang dibalik pintu kayu megah diujung karpet merah.

“Jae, sebenernya dari awal aku emang udah ga yakin sama semua ini. Tapi bodohnya aku masih berharap dan pengen kamu berubah. Walaupun aku tau ujungnya bakalan kaya gini.” Ujar Miyeon tiba tiba.

“Mi, maafin aku..”

“Gapapa.. aku ngerti kok. Kejar dia. Sebelum kamu nyesel nantinya.”

Setelah mendapatkan persetujuan dari mantan calon tunangannya tersebut, sontak Hyunjae berlari keluar. Namun sayang, sosok yg selama ini ia rindukan tersebut telah menghilang dalam kegelapan malam.