Chanhee not Hyunjae's priority anymore..
16.00
Akhirnya, waktu yg Hyunjae tunggupun telah tiba. Buru buru ia membereskan meja dan tas kerjanya, lalu menyambar jasnya yg sedari tadi tersampir di kursi.
Namun sesampainya ia di lobby, Hyunjae dibuat terkejut oleh keberadaan Chanhee. Keduanya memang bekerja ditempat yg sama, namun berbeda divisi. Oleh karenanya mereka jarang bisa bertemu di dalam gedung yg sebesar itu.
“Chanhee? Tumben belum pulang? Biasanya gercep.”
“Sengaja. Nungguin lo. Gue mau ngomong.”
“Duh gimana ya? Gue udah ada janji sama temen. Makanya buru buru.”
“Bentar aja. Gue butuh penjelasan. Gue gabakal ngajakin lo debat panjang lebar. Gue cuma pengen denger keputusan lo soal 'kita' kedepannya.”
“Oke oke gue ngerti tapi gue beneran gapunya waktu. Soalnya gue harus jemput temen dulu.”
“Kalo gitu gue nebeng deh. Kita bisa ngobrol sambil jalan biar ga buang buang waktu lo yg berharga itu.”
Hyunjar berpikir sejenak. Inginnya menolak namun ia juga merasa bersalah karna telah berkali kali mengingkari janjinya pada Chanhee demi Juyeon. Ia juga merasa bersalah karna tak dapat memberikan alasan dan kejelasan pada uke cantik yg akhir akhir ini ia perjuangkan tersebut. Hyunjae sadar bahwa ia telah memberi banyak kekecewaan pada Chanhee dan berakhir menyetujui permintaan Chanhee tersebut.
“Yaudah ayo. Tapi kita jemput temen gue dulu ya? Abis itu gue anter lo pulang. Lo bisa ngomong selagi kita ada di jalan. Gimana?”
“Oke, ga masalah.”
Setelahnya, selama dalam perjalanan menuju tempat dimana Juyeon bekerja, keduanya malah bungkam. Sibuk berkutat dengan pikirannya masing-masing, yg telah melenceng jauh dari rencana awal, dari apa yg ingin mereka perbincangkan.
Hyunjae terus terusan mengkhawatirkan Juyeon, bagaimana jadinya nanti jika Juyeon tau bahwa ada Chanhee diantara keduanya. Hyunjae juga takut jika hubungannya dengan Chanhee terungkap secara gamblang, itu akan berdampak buruk pada keduanya. Entah sejak kapan Hyunjae lebih memprioritaskan Juyeon diatas urusannya yg lain serta menjaga perasaannya agar tetap baik baik saja. Yg jelas Hyunjae takut hal ini akan melukai perasaan Juyeon.
Sementara Chanhee sendiri, dibalik kebungkamannya, merasa sangat penasaran siapa sosok dibalik perubahan Hyunjae selama ini dan dengan mudahnya melewatkan dirinya. Karna keduanya telah lama berproses, dan ia pikir kebahagiaan lah yg akan didapat pada akhirnya.
Sesampainya ditempat kerja Juyeon, Hyunjae terus terusan melirik kesamping dengan gelisah. Namun Chanhee justru terlihat sangat tenang. Hingga beberapa saat kemudian pintu penumpang dibagian depan pun terbuka, membuat Hyunjae dan Chanhee terkejut.
“Ohh ada orangnya. Lo mau ada urusan kah?”
“Mati gue.. udah lo-gue aja ngobrolnya.” batin Hyunjae. Namun ia pikir tak ada salahnya mengobrol santai selayaknya 'teman biasa' agar suasana tak terasa canggung di depan Chanhee.
“Eh, engga kok. Lo dibelakang dulu gapapa ya?”
“Lanjut aja kalo emang ada urusan. Gue bisa pulang sendiri kok.”
“Masuk, Lee Juyeon. Kita cuma perlu nganter dia pulang dan beres. Ga ada yg harus didebatin disini. Dia cuma mau nebeng. Jangan ribet kek uke.”
Juyeon dibuat gemetar juga pada akhirnya. Ia tak menyangka bahwa sisi dominan Hyunjae akan bisa setegas dan sekeras kepala ini. Dan ia pun berakhir menurutinya.
“ohh jadi menurut lo uke itu ribet ya?”
“iya.”
“gue juga dong?”
“iya.”
“terus lo mau pacaran sama siapa deh? Mau nyari pasangan kaya apa kalo menurut lo semua uke itu ribet?”
“bahas aja apa yg mau lo omongin. Gausah berbelit kaya gini. Gausah bahas hal hal yg gapenting. Rumah lo ga begitu jauh dari sini. Lo gapunya banyak waktu.”
“jadi, kita gimana kedepannya? Gue sih ngerasanya lo udah ga seantusias dulu lagi. Kaya emang udah niat mau pergi tapi gue gapaham kenapa lo terus terusan nahan kaya seolah olah mau ngasih alasan tiap gue mulai overthinking tapi ujung ujungnya lo gapernah nongol dan ngilang gitu aja. Gapernah ngasih kejelasan dan gapernah nepatin janji lo buat nemuin gue lagi. Kalo emang mau nyerah yaudah bilang biar gue ga ngarep sendirian. Jahat banget lo.”
Atmosfer di dalam kendaraan tersebut mulai terasa mencekam. Entah kenapa lidah Hyunjae merasa kelu. Jujur, sayang rasanya jika semua usahanya selama ini berujung sia sia. Namun Hyunjae tak lagi merasakan getaran dihatinya kala ia berada didekat Chanhee. Sebelum memberi jawaban, ia sedikit mencuri pandang dari kaca sepion diatas kepalanya, lalu mendapati Juyeon yg tengah menatapnya tajam dari kaca tersebut dengan kedua tangan yg bersedekap. Aura Juyeon sangat mengintimidasi hingga membuatnya sedikit gemetar.
“Chan, sorry to say tapi lo bener, gue mau berhenti. Karna rasanya udah gasama kaya yg dulu lagi..”
“Nah gini kek dari kemarin kemarin. Kan lega gue. Jadi gaperlu nungguin lo tanpa kejelasan gini.”
Lalu tiba tiba kepala Juyeon muncul diantara keduanya, lantas membisikkan sesuatu pada Hyunjae,
“Goodboy..” dengan smirk yg terukir pada wajahnya. Lalu melirik tajam pada Chanhee sekilas, kemudian kembali menyamankan posisi duduknya.
Hyunjae pun mematung dibuatnya. Tak tau harus bereaksi seperti apa. Ia juga merasa sangat awkward karna walaupun Juyeon berbisik, namun Hyunjae yakin Chanhee mendengarnya.
Hingga tiba tiba...
“Stop!”
Hyunjae lantas menepikan mobilnya kala mendengar intruksi dari Chanhee. Kemudian disusul dengan keluarnya Chanhee dari mobil tersebut.
“Loh mau kenapa Chan?”
“Temen lo suruh pindah kedepan aja gapapa.”
“Mau tuker tempat duduk?”
“Engga. Gue turun disini aja.”
Setelahnya Chanhee pergi begitu saja tanpa pamit.