draft jumil oneshoot
Ratusan tahun yg lalu, tepatnya di awal abad ke 12, berdirilah sebuah kekaisaran yg amat sangat besar, yg kini kita kenal sebagai kekaisaran Mongol. Kekaisaran yg mampu menakhlukkan hampir seluruh daratan Eurasia dan berjaya dibawah kepemimpinan Genghis Khan. Hingga wilayahnya semakin meluas seiring berjalannya waktu.
Kala itu, bangsa Mongol terkenal sebagai bangsa yg barbar, tak kenal rasa takut, dan tak pernah terkalahkan. Mereka juga terkenal tangguh, memiliki strategi perang yg hebat, dan pasukan militer yg ditakuti oleh bangsa bangsa lain pada zamannya. Dan, menakhlukkan serta merampas wilayah kerajaan lain bukanlah hal yg sulit bagi mereka. Maka tak heran jika Kekaisaran Mongol dapat menakhlukkan seperempat isi bumi.
Setelah kematian Genghis Khan, Kekaisaran Mongol pada dasarnya terbagi menjadi empat khanat atau kerajaan, yaitu Dinasti Yuan (China), Ilkhanate (Persia), Kekhanan Chagatai (Asia Tengah), dan Golden Horde (Rusia), yg kesemuanya dipimpin oleh para keturunan Genghis Khan sendiri. Namun ini bukan berarti sebuah perpecahan. Karna semakin meluasnya wilayah mereka, rasa rasanya tak mungkin jika hanya mempuyai satu pemimpin.
Demi menghindari serangan musuh atau pemberontak yg ingin melepaskan diri, maka dibagilah menjadi empat wilayah namun masih dalam satu kesatuan, dengan satu pemimpin di pusat yg merupakan anak sulung dari kaisar. Dan tetap seperti itu selama ratusan tahun lamanya.
Sampai pada akhirnya, terjadilah perpecahan yg sesungguhnya ketika Möngke Khan, dinasti ketiga dari Genghis Khan meninggal pada tahun 1259 dengan tidak mendeklarasikan penerus, sehingga menimbulkan pertikaian antara garis keluarga.
Perang saudarapun tak terhindarkan. Namun tak berlangsung lama karna pada akhirnya semua tunduk pada Kubilai Khan, salah satu saudara Möngke Khan yg paling tangguh.
Dan puncak kejayaan kekaisaran ini dapat dicapai pada masa pemerintahan Kubilai Khan. Kekaisaran Mongol menjadi jauh lebih besar dibanding pada saat dipimpin oleh Genghis Khan.
Kubilai Khan bahkan telah membangun reputasi sebagai penakluk hebat sejak sebelum naik takhta menjadi kaisar. Pada masa pemerintahannya, berbagai invasi ke negeri-negeri Asia Timur dan Tenggara yang telah dimulai sebelum ia naik takhta juga terus digalakkan. Praktik ekspansi wilayah tersebut berhasil memperluas wilayah Kekaisaran Mongol secara signifikan.
Namun karna terlalu sibuk melakukan invasi, ia tak memperhatikan bahwa wilayah wilayah yg berada dibawah kekuasaan sedang tak baik baik saja. Selain efek dari perang saudara yg terjadi sebelumnya, Empat kekhanan tersebut mempunyai kepentingan dan tujuannya masing masing yang berbeda, dan pada akhirnya runtuh lah pada waktu yang berbeda pula.
Kini, keempat kekhanan tersebut tercerai berai. Perang saudara kembali tersulut dan jauh lebih besar daripada yg sebelumnya, dengan niat ingin menjadi penerus tahta.
Keempatnya terus terusan saling menyerang dan saling menakhlukkan, bahkan hingga Khubilai Khan meninggal dunia.
Dan salah satu wilayah yg di pimpin oleh Kaidu Khan yg merupakan keturunan dinasti keempat, menjadi satu satunya bangsa yg mempertahankan gaya hidup lama, sama seperti pada saat dipimpin oleh Genghis Khan. Mereka barbar dan tak pandang bulu. Menyerang siapa saja bahkan saudaranya sendiri demi menyatukan kembali wilayah Kekaisaran Mongol dan menjadi pemimpin utamanya.
Padahal, seiring berjalannya waktu dan bergantinya zaman, wilayah yg dipimpin oleh para saudara Kaidu Khan yg lain telah menerima keruntuhan Mongol dan memilih untuk hidup damai bersama kekaisarannya masing masing.
Kaidu Khan yg ambisius mewajibkan semua rakyatnya agar menjadi orang yg tangguh dan tak terkalahkan. Tak hanya bagi pria, wanita pun wajib hukumnya untuk berlatih militer dan bertarung.
Bahkan, Kaidu menggembleng kelimabelas anaknya yg kesemuanya adalah lelaki untuk menjadi manusia yg jauh lebih tanggung daripada pasukan militer sekalipun. Gengsinya terlalu tinggi. Sebagai keluarga kerajaan, Kaidu ingin ia dan semua anggota keluarganya ditakuti.
Sedari kecil, anak anaknya ditempa sedemikian rupa dengan pelatihan yg sangat keras. Tak terkecuali Lee Hyunjae, anak bungsu sekaligus anak kesayangan sang Kaisar.
Sebenarnya, Kaisar menyayangi semua anak anaknya. Namun Hyunjae mendapatnya perhatian yg lebih besar dari sang ayah karna ia berbeda.
Tak seperti ke empatbelas kakaknya yg tumbuh menjadi seorang lelaki tampan yg tangguh, Hyunjae justru tumbuh menjadi pemuda dengan paras yg sangat manis. Namun meskipun begitu, Hyunjaelah yg paling tangguh diantara kelimabelas keturunan Kaisar. Bahkan, ia pernah bertarung melawan kakak kakaknya demi memvalidasi ketangguhannya yg selalu diremehkan karna fisiknya yg tak seperti kebanyakan lelaki pada umumnya. Dan seperti perkiraan, Hyunjae tak terkalahkan. Itulah alasannya mengapa ia bisa menjadi anak kesayangan Kaisar.
Setelah menginjak usia dewasa, biasanya Kaisar akan mengangkat anak anaknya mendi seorang panglima militer dan mengirim mereka semua ke berbagai wilayah untuk melakukan invasi bersama pasukannya masing masing.
Sampai pada akhirnya sebuah serangan besar besaran direncanakan oleh sang Kaisar untuk menginvasi pecahan wilayah kekaisaran Mongol yg lain, yg kini dipimpin oleh keturunan langsung dari Kubilai Khan, yaitu dinasti Yuan di daratan China.
Karna sebagian besar anak anaknya belum kembali dan beberapa tak dapat bertugas karna terluka setelah menjalankan tugas invasi, maka mau tak mau Kaisar meminta anak bungsunya menjadi panglima perang yg akan ia kirimkan ke daratan China.
Awalnya Hyunjae menolak. Bukan karna ia tak mau, namun Hyunjae adalah seorang yg sangat pemalu. Karna fisiknya yg manis, membuatnya tak percaya diri walaupun ia merupakan yg paling tangguh diantara saudara saudaranya yg lain.
Sampai pada akhirnya sang Kaisar memberikan sebuah pilihan yg sulit bagi anak bungsunya tersebut.
“Hyunjae, ayah udah ga muda lagi. Ayah udah ga sanggup lagi kalo harus disuruh terjun langsung ke medan perang. Sebenernya ayah bisa aja nungguin salah satu kakak kamu pulang atau ngirim salah satu yg ada dirumah walaupun mereka lagi terluka. Tapi ayah gabisa ngebiarin kamu terus terusan jadi orang yg tertutup kaya gini. Seumur hidupmu, kamu gapernah keluar dari istana sekalipun. Jadi ayah terpaksa harus ngirim kamu biar ayah makin yakin kalo kamu beneran tangguh dan siap buat hidup sendiri. Umur manusia ga ada yg tau, Hyunjae. Jadi tolong buktiin kalo kamu beneran tangguh dan ga bergantung sama ayah. Biar ayah bisa pergi dengan tenang kalo ajalnya udah tiba.”
“Engga ayah. Aku gamau. Aku gamau diremehin karna fisikku.”
“Justru itu, ini bisa jadi cara buat buktiin kalo kamu emang lelaki yg tangguh.”
“Tapi aku juga gabutuh validasi. Lagian sebenernya ini semua kemauan ayah kan? Yg poin utamanya mau nakhlukin dinasti Yuan? Ayah tuh terlalu obsesif. Padahal mereka gapernah ngusik kita. Udahlah yah tolong berhentiin semua ambisi ayah yg mengerikan itu. Ayah bukan Genghis Khan atau Kubilai Khan. Semua ini ga semudah yg ayah bayangin. Lagian semua wilayah yg ayah serang itu masih saudara kita kan sebenernya? Toh wilayah kita masih seluas ini. Apalagi yg ayah cari?”
“Apa yg udah dicapai sama leluhur kita harus tetap dijaga. Semua wilayah itu harus disatuin lagi.”
“Tapi aku liatnya gagitu. Ayah terlalu berambisi buat jadi seorang pemimpin besar yg ditakuti kaya Genghis Khan. Dan semua ini gabakal ada habisnya karna semua pecahan wilayah itu juga dipimpin oleh para keturunan langsung dari beliau. Ga cuma ayah, tapi mereka semua juga berhak menjadi pemimpin andai suatu hari nanti kekaisaran Mongol bisa kembali utuh. Ayah itu serakah!”
“Jadi intinya apa?”
“Sebenernya aku ga peduli ayah mau ngapain. Tapi yg jelas aku gamau jadi panglima perang.”
“Kalo gitu ayah punya dua pilihan lain yg bisa kamu pilih, biar ayah bisa pergi dengan tenang kalo udah waktunya nanti.”
“Apa tuh?”
“Menikah sebelum ayah meninggal atau gantiin tahta ayah.”
“Udah gila!”
“Pilih aja. Ayah gapunya banyak waktu buat debat sama kamu karna ayah harus nyiapin pasukan dan nyari panglima perang yg kompeten karna kamu gamau nurutin perintah ayah.”
“Bentar bentar, yg pertama, menikah ga semudah itu. Nyari pendamping hidup yg segampang ngomong doang. Kedua, ayah bakal bikin perpecahan diantara anak anak ayah kalo aku yg jadi penerus tahta karna aku anak bungsu. Aku gamau!”
“Kalo gitu nikah aja. Nanti biar ayah kenalin ke anak anak para keluarga terpadang di negeri ini. Dengan kaya gitu ayah bisa lega karna nantinya bakal ada yg ngerawat kamu. Inget, semua kakak kamu udah nikah. Mereka semua juga udah tersohor sebagai para panglima perang yg tangguh dan tak terkalahkan ke seluruh penjuru negeri. Jadi masa depan mereka aman dan terjamin. Mereka ditakuti dan punya keluarga bahagia yg nantinya bisa gatiin ayah dan ibu buat ngerawat sepanjang hidupnya. Tapi kamu apa? Kalo kamu gamau jadi panglima perang atau gantiin tahta ayah, mending kamu nikah. Inget umur juga. Kamu udah 25 tahun tapi kamu gapernah sekalipun keluar dari istana.”
“Ck, siapin pasukan. Besok aku berangkat ke Tiongkok.”
Akhirnya, sang Kaisar pun dapat tersenyum lega mendengar pilihan anak bungsunya. Walaupun terpaksa, namun Kaisar ingin anak anaknya ditakuti dan disegani oleh para rakyatnya. Siapa yg dapat menjamin keselamatan Hyunjae nantinya jika tak ada seorangpun yg tau bahwa ia merupakan anak dari Kaisar?
Mungkin Hyunjae adalah lelaki yg tangguh dan jelas dapat menjaga dirinya sendiri. Namun bisa jadi ia dianggap sebagai pembual jika tak menampakkan dirinya pada dunia luar mulai dari sekarang, saat sang ayah masih hidup.
Agar semua orang, bahkan musuh sekalipun, mengetahui bahwa Kaisar mempunyai 15 anak laki laki, bukan hanya 14.
Keesokan harinya, Hyunjae benar benar menuruti perintah sang ayah dan berangkat ke daratan Tiongkok bersama dengan lima ribu pasukan dibawah kepemimpinannya.
Dan seperti yg diharapkan, tak sulit bagi Hyunjae untuk mengalahkan lawannya tanpa terluka sedikitpun. Walaupun ia belum dapat merebut wilayah kekuasaan Dinasti Yuan, namun setidaknya Hyunjae telah berhasil memukul mundur lawan dan membuat mereka takut pada pasukan militernya yg barbar dan tak terkalahkan dalam waktu yg singkat.
Hal tersebut merupakan sebuah prestasi yg pertama kalinya diraih oleh Kaidu Khan. Karna sebelumnya, tak ada satupun pasukan militer dibawah kepemimpinan anak lelakinya dapat melancarkan serangan secepat dan seefektif itu.
Dan semakin pilih kasih lah sang Kaisar pada anak anaknya. Hyunjae yg notabene anak terakhir dan paling muda, semakin disayang oleh ayahnya. Membuat saudara saudaranya yg lain merasa iri dan dengki.
Berita tersebut juga telah beredar luas dengan sangat cepat. Eksistensi Hyunjae yg terlihat untuk pertama kalinya itu berhembus kencang dari mulut ke mulut. Bahkan telah meluas diluar daratan Tiongkok.
Sejak saat itu Hyunjae dikenal sebagai anak bungsu Kaidu Khan sekaligus panglima perang paling mematikan dan ditakuti karna ketagguhannya, serta strategi perangnya yg mengadopsi gaya leluhurnya, yaitu Genghis Khan. Dan dengan kebarbarannya itu, Hyunjae tak pernah kehilangan satu pasukanpun di medan perang. Membuat semua orang tak percaya akan apa yg mereka dengar.
Jika ia berangkat membawa lima ribu orang pasukan, maka ia juga akan pulang dengan jumlah yg sama, lengkap dengan senjata dan kuda kuda tunggangan mereka. Tak kurang suatu apapun.
Namun sepertinya sebutan seorang panglima perang yg manis dan berkarakter kejam itu membuat orang orang yg hanya mendengar ceritanya, tanpa pernah bertemu, menjadi salah paham. Mereka pikir, Hyunjae adalah seorang wanita. Karna setelah kepulangannya dari wilayah kekuasaan Dinasti Yuan, ada puluhan atau bahkan ratusan pangeran serta putera dari para keluarga konglomerat seantero dunia datang untuk melamarnya. Membuat Hyunjae pusing setengah mati. Bahkan, beberapa diantaranya tak juga menyerah setelah mengetahui bahwa Hyunjae adalah seorang lelaki. Karna memang semanis itu paras anak bungsu si Kaisar. Dan hal inilah yg Hyunjae takutkan sedari awal, serta alasannya menyembunyikan diri selama ini.
“Hyunjae, ada yg dateng pengen ket- Kalimat lembut yg meluncur dari bibir sang Ratu terpotong ketika anak bungsunya menyela dengan nada muak.
“Apa? Mau ngelamar lagi? Sekarang pangeran dari negeri mana lagi? Ga ada cape capenya heran.. padahal yg sebelum sebelumnya udah dikasih tau kalo aku ini laki laki. Kenapa yg lain masih nekat? Gamungkin mereka ga denger beritanya kan, Bu?”
“Tapi nyatanya apa? Sebagian besar dari mereka masih bertahan demi memperjuangkan kamu. Bukannya ibu mendukung mereka, tapi kayanya hal itu bukan penghalang buat mereka ya? Lagian apa salahnya ditemui dulu. Kasih tau baik baik. Inget, mereka semua bukan orang sembarangan, mereka berasal dari kalangan atas. Jadi apapun niatnya, kita harus menyambut dengan baik dan sopan. Ngerti?”
“Tapi aku cape Bu. Selama ini udah ribuan kali aku jelasin ke mereka semua kalo aku ini laki laki. Tapi masih aja ada yg dateng. Terus aku harus gimana lagi biar mereka berhenti?”
“Kalo gitu cari perempuan buat dijadiin pendamping hidup. Dari manapun asalnya kami ga masalah asal dia orang baik baik dan kalian saling mencintai. Inget kan apa yg udah dibilang sama ayah kamu? Beliau cuma pengen masa depan kamu terjamin sebelum beliau pergi.”
“Tapi itu pilihan kesekian Bu. Aku udah nurutin permintaan ayah buat jadi panglima perang dan dikirim kemana mana buat menginvasi kekaisaran lain selama ini. Kenapa masih disuruh nikah juga? Ga segampang itulah..”
“Ibu tau, tapi kamu tadi minta solusi biar para pangeran itu berhenti ngelamar kamu kan? Ya cuma ini cara satu satunya. Soalnya, saking manisnya anak bungsu ibu ini, mereka sampe ga peduli kalo kamu seorang laki laki. Menikah, Hyunjae.. sana keluar cari tambatan hati kamu. Jangan cuma sembunyi di dalem istana terus. Keluar keluar cuma pas perang. Gimana mau dapet jodoh kalo kaya gitu?”
“Tapi ibu paham betul kalo itu bukan hal yg mudah. Semua perempuan yg pernah aku temui justru minder ngeliat fisikku yg kaya gini. Mereka semua menjauh. Aku gatau harus gimana lagi..”
“Yaudah gini aja, buat sementara tetep kamu temui siapapun yg dateng. Jelasin baik baik, kalo perlu ajakin temenan. Toh ga rugi juga. Nanti lama kelamaan mereka pasti juga paham siapa kamu dan gimana ketertarikan kamu pada orang yg bakal kamu jadiin pendamping hidup.”
“Duhh males banget. Nguras energi tau, Bu. Padahal akhir akhir ini ayah sering banget ngirim aku ke medan perang. Jadi aku butuh banyak waktu buat istirahat.”
Wanita paruh baya dengan guratan kecantikan yg masih terukir jelas diwajahnya itupun menghela nafas dalam. Sejujurnya ia kasihan melihat anak bungsu kesayangannya itu terjebak disituasi yg sangat sulit seperti ini. Namun tak dapat dipungkiri bahwa anak kesayangannya itu memiliki paras yg sangat manis, maka tak heran jika ada banyak lelaki yg jatuh cinta padanya.
Sang Ratu pun berakhir mengalah dan tak lagi mau mengusik ketenangan sang putera yg semakin hari semakin frustasi. Maka setelahnya ia putuskan untuk menemui sendiri semua kunjungan dari para pangeran yg datang dengan maksud meminang anak kesayangannya. Dan sebisa mungkin menjelaskan bagaimana situasinya dengan lembut agar tak menimbulkan kekecewaan karna Hyunjae tak mau menemui mereka lagi.
Sampai pada akhirnya, Hyunjae yg telah muak tiba tiba membuka sebuah sayembara yg diperuntukkan pada para wanita lajang dengan kriteria tertentu yg akan dijadikan pendamping hidup.
Namun seperti yg telah bisa kita duga, sayembara tersebut sepi peminat. Beberapa yg datang tak lebih dari sekedar mengejar hal hal yg berbau duniawi seperti harta dan tahta. Membuat Hyunjae semakin putus asa dibuatnya.
Lalu, tak lama kemudian sebuah kabar buruk datang ke istana, yg mengatakan bahwa semenanjung Korea memberontak dan berusaha melepaskan diri. Maka dengan senang hati dan tanpa suruhan siapapun Hyunjae mengajukan diri serta berinisiatif untuk mengatasinya sendiri, sekaligus mencari pelampiasan rasa frustasinya akan kehidupan percintaannya yg tak seindah orang lain diluar sana.
Sebanyak sepuluh ribu pasukan disiapkan oleh sang Kaisar. Mengingat bahwa selama berabad abad, pasukan inti yg dilatih langsung dibawah kekaisaran tak pernah terkalahkan, maka Kaisar berpikir bahwa para pemberontak mungkin telah tumbuh menjadi sebuah kekuatan yg tak kalah besar hingga dapat melepaskan diri dengan mudah. Oleh sebab itu, sang Kaisar menambahkan lebih banyak pasukan dibawah kepemimpinan anak bungsunya yg akan berangkat saat itu juga, tak lama setelah kabar pemberontakan terdengar.
Hyunjae dengan segala macam rasa kecewa dan kemarahannya akan takdir kehidupan yg rumit, dibuat semakin percaya diri dan yakin akan dapat menakhlukkan kembali semenanjung Korea yg kini telah mendeklarasikan kebebasannya di bawah kepemimpinan Dinasti Goryeo.
Namun sesampainya disana, ternyata situasi jauh lebih rumit daripada apa yg pernah Hyunjae hadapi sebelumnya, karna ternyata telah terjadi intrik internal yg memunculkan sebuah kelompok baru yg kemudian dikenal sebagai Dinasti Joseon.
Hyunjae yg berasal dari sisa sisa Kekaisaran Mongol yg asli, dibuat sakit kepala saat tugasnya menakhlukkan kembali Dinasti Goryeo kini justru terganggu oleh kemunculan Dinasti Joseon, yg notabene tumbuh dari dalam Dinasti Goryeo sendiri dan ingin menggulingkan serta mengambil alih kekaisaran.
Untuk sementara waktu, Hyunjae dan pasukannya hanya bergerilya dalam kesunyian. Memantau situasi dan dibuat terkejut saat Dinasti Goryeo runtuh dilawan oleh internalnya sendiri.
Dan inilah masalah sebenarnya yg harus Hyunjae hadapi, yaitu Dinasti Joseon yg ternyata begitu kuat hingga dapat menggulingkan dinasti yg telah ada sebelumnya.
Bahkan Hyunjae dibuat sedikit menciut saat berhadapan langsung dengan panglima perangnya yg terlihat bengis dan kejam, yg bernama Lee Juyeon.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, namun Hyunjae dan pasukannya tak juga kembali. Membuat sang Kaisar dan ratunya gelisah. Takut terjadi hal hal buruk pada anak kesayangan mereka.
Hingga suatu hari, setelah hampir dua bulan kepergian Hyunjae beserta pasukan perangnya, beberapa diantara mereka yg mungkin berjumlah tak sampai seribu orang, kembali pulang membawa kabar duka akan kekalahan mereka. Tak hanya para pasukan yg gugur di medan perang, namun panglima perang mereka juga dijadikan tawanan untuk menjamin kemerdekaan.
“Ohh jadi ini panglima perang yg akhir akhir jadi bahan omongan banyak orang?” Ujar Juyeon dengan tatapan mata yg merendahkan serta senyuman remeh yg terukir di wajah tampannya, jelas ditujukan pada Hyunjae yg kini tengah berada didalam sebuah ruangan kosong dengan cahaya remang. Ia terlihat sedang terikat disebuah kursi kayu, sembari menatap lekat setiap pergerakan Juyeon dengan tatapan yg tak kalah bengisnya.
“Manis sih.. yaa walaupun sebelumnya aku udah pernah denger dari orang orang soal hal itu, tapi aku ga berekspektasi kalo kamu bakal semanis dan secantik ini. Patesan jadi rebutan banyak pangeran dari berbagai penjuru negeri. Kenapa ga ada yg diterima hm?”
“Aku normal.” Sela Hyunjae mendengar segala macam omong kosong yg mengalir dari mulut Juyeon.
“Yakin? Padahal sampe sekarang masih betah sendirian. Para perempuan itu juga minder kan sama kamu? Bayangin deh kalo kamu nerima pinangan salah satu pangeran itu, nantinya hidup kamu bakal enak. Gaperlu membahayakan diri sendiri dengan terjun ke medan perang. Tiap hari cuma harus ngelayanin suami kamu aja. Ngasih nafkah batin tiap malem dan udah, hidup kamu aman dan masa depan terjamin.”
“CUIH!!” Hyunjae yg telah muak karna terus diinjak injak harga dirinya itu berakhir nekat meludahi wajah Juyeon. Hingga membuat lelaki dengan perawakan yg jauh lebih besar darinya itu murka.
“Ohh berani kamu ya sama aku?” Ujar Juyeon mendesis, sembari mencengkeram rahang bagian bawah Hyunjae.
“Kenapa harus takut? Bukannya kedudukan kita sama? Sama sama panglima perang. Jadi prinsipku mending mati karna melawan dan memperjuangkan harga diri daripada jadi pecundang.”
“Hmm menarik.. suka deh liat orang yg gapunya rasa takut gini. Kaya tertantang gitu rasanya. Jadi makin penasaran.”
“Lepasin aku.”
“Apa? Lepasin? Ga semudah itu dong manis..”
“Kamu mau apa?”
“Mau kamu 😏”
“Jangan macem macem! Daripada kita terus terusan kaya gini, kondisinya ga adil karna aku gabisa ngapa ngapain, mending lepasin dulu terus kita ribut sampe titik darah penghabisan.”
“Lah kan udah. Kamu berakhir disini ya karna kamu tadinya kalah ngelawan aku. Gimana sih maniissss?”
“Itu kan pas perang. Ada banyak faktor yg mempengaruhi hasil. Sekarang ayo satu lawan satu pake tangan kosong. Yg kalah harus nurutin semua yg diinginkan pemenangnya.”
“Deal.”
Tanpa basa basi, Juyeon melepaskan ikatan yg melilit tubuh Hyunjae.
Dengan percaya diri, efek dari didikan sang ayah yg seorang ambisius serta memiliki gengsi yg tinggi terkait tahta dan kekuasaan, membuat Hyunjae terlalu meremehkan panglima perang sekaligus putra mahkota Dinasti Joseon yg kini sedang ia hadapi tersebut.
Hyunjae yg selama ini terkenal sebagai seorang panglima perang yg tangguh dan tak terkalahkan itu tak terima bahwa sebelumnya ia telah kalah telak. Dan entah atas dasar apa ia menjadi begitu yakin dapat mengalahkan Juyeon pada kesempatan kedua kali ini. Padahal, jelas jelas Juyeon mempunyai perawakan yg jauh lebih besar dari dirinya. Bahkan mungkin Juyeon sanggup membanting Hyunjae hanya dengan menggunakan satu tangannya.
Setelahnya, kedua panglima perang yg sama sama tak bisa diremehkan tersebut, benar benar bertarung dengan sisa tenaga yg mereka punya usai berperang. Namun tak sulit bagi Juyeon melawan serangan dari Hyunjae yg membabi buta dan terkesan frustasi hingga mengesampingkan taktik.
Sementara Hyunjae sendiri terlihat mulai kewalahan dan terengah engah semakin tak berdaya. Hingga pada akhirnya ia ambruk, tak lagi mempunyai tenaga. Luka dan rasa sakit mendera disekujur tubuhnya. Pandangannya menggelap, lalu kesadarannya perlahan menghilang.
Sejujurnya, Juyeon merasa iba melihatnya. Sedari awal Hyunjae mendapatkan kekalahan pertamanya, lelaki berparas manis ity terlihat sangat frustasi dan putus asa. Juyeon pikir, Hyunjae terguncang efek dari kekalahannya. Karna selama ini, seluruh penjuru dunia telah mendengar tentang siapa Hyunjae dengan segala kehebatannya. Maka wajar jika dipuncak kejayaannya Hyunjae justru menerima sebuah kekalahan. Padahal, bukan hal tersebut yg menjadikannya frustasi.
Setelahnya, Juyeon mengangkat tubuh Hyunjae ala bridal untuk dibawa masuk ke dalam komplek istana, lebih tepatnya dibawa ke dalam kamar pribadinya. Membuat setiap orang yg berpapasan dengannya merasa heran. Pasalnya, yg mereka ketahui penyekapan panglima perang musuh tersebut digunakan sebagai jaminan atas pembebasan dan kemerdekaan yg di minta oleh Dinasti Joseon pada Kekaisaran Mongol yg dipimpin oleh Ayah Hyunjae. Tapi kenapa sekarang jadi seperti ini? Pikir mereka semua saat melihat tindak tanduk Juyeon yg dirasa tak wajar.
Saat itu, dengan telaten Juyeon merawat Hyunjae dan mengobati luka luka disekujur tubuhnya. Juyeon melakukannya sendirian dengan sabar tanpa bantuan siapapun. Bukannya tak ada yg menawarkan bantuan, selama ini Juyeon yg notabene seorang putra mahkota jelas mempunyai banyak pelayan yg dengan setia membantu menyiapkan segala macam kebutuhannya sehari-hari, tak terkecuali seorang tabib pribadi yg selalu merawat dan mengobatinya dikala sakit. Namun Juyeon menolak semua bantuan itu, bahkan kini tak seorangpun dari pelayan serta tabib pribadinya di izinkan masuk ke dalam kamar tidurnya sejak keberadaan Hyunjae disana.
“Kamu suka sama dia?” Tanya sang ayah pada Juyeon setelah menerobos masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Bersama sang ibu juga tentunya.
“Engga. Cuma kasian aja.” Balas Juyeon singkat. Sejujurnya ia sedang tak ingin berinteraksi dengan siapapun. Karna ia sendiripun sedang sangat lelah. Energinya telah terkuras habis setelah bertempur di medan perang menghadapi Hyunjae dan puluhan ribu pasukannya.
“Juyeon, kamu sedari kecil ayah didik biar jadi manusia berwatak sekeras baja tanpa belas kasihan dan tahan banting demi menghadapi kebarbaran bangsa Mongol, tapi giliran kita udah berhasil menggulingkan Dinasti Goryeo, kenapa musuh kita yg sebenarnya malah di sayang sayang begini? Konyol sekali anakmu ini.” Ujar sang raja pada ratunya yg kini sedang tersenyum lembut menatap anak tunggalnya itu.
“Hyunjae manis sekali ya Juyeon? Ibu aja suka liatnya, apalagi kamu.” Tambah sang ibu dengan senyum hangatnya.
“Engga. Biasa aja.”
“Dasar anak muda. Mau sebengis apapun mereka di medan perang, seorang panglima perang juga manusia biasa yg mempunyai perasaan. Ayah paham kok, Juyeon.”
“Ck, kalian ini ngomong apasih?”
“Juyeon, kalo suka minta baik baik ke orangtuanya.” Lanjut sang ibu.
“Terus abis itu aku dikuliti hidup hidup sama Kaidu Khan? Enteng bener ngomongnya. Ayah sama ibu inget gasih kita abis bikin kekacauan apa? Mulai dari memberontak dan berusaha buat melepaskan diri dari kekaisaran Mongol, menggulingkan pemerintahan Dinasti Goryeo, ngebunuh hampir sembilan ribu pasukan yg dikirim sama kekaisaran, terus nyandera panglima perangnya sekaligus anak kesayangan Kaisar ini. Apa gabakal dibunuh aku nanti pas nyampe sana? Itu namanya bukan ngelamar tapi bunuh diri.”
“Apa itu artinya kamu mau kesana buat ngelamar dia kalo ga ada segala macam halangan yg tadi kamu sebutin? Kamu takut bakal dibunuh kan? Kalo engga, kamu berani kesana buat minta dia baik baik?” Tanya sang ayah kemudian.
“Eh, e-engga gitu maksudnya..”
Sang Raja hanya menggeleng keheranan melihat respon anak tunggalnya, lalu melenggang pergi begitu saja bersama sang istri.
Hari hari setelahnya, Juyeon melakukan aktivitasnya seperti biasa. Sementara Hyunjae hanya bisa pasrah dan terbaring tak berdaya, berharap dapat pulih secepatnya. Hyunjae tak mau lagi berulah dan membahayakan keselamatannya sendiri. Karna disana ia hanya sebatang kara, maka terlalu mustahil baginya untuk kabur tanpa tertangkap oleh para penjaga.
Lalu beberapa hari kemudian, dua orang utusan Kaisar Mongol pun datang mengantarkan sebuah surat perjanjian damai tanpa sepengetahuan Juyeon dan Hyunjae, yg memang sengaja tak diberitahu. Karna Raja dan Ratu dinasti Joseon mengajukan sebuah persyaratan untuk membatalkan pemberontakan mereka. Sebuah persyaratan yg nantinya merubah situasi kedua kerajaan, dan merubah hidup kedua keluarga kerajaan juga tentunya.
“Aku mau pulang.” Ujar Hyunjae disuatu sore pada Juyeon yg terlihat baru menampakkan batang hidungnya setelah seharian menghilang.
“Aku anterin.”
“Aku bisa pulang sendiri.”
“Kamu gabisa pulang sendirian cuma modal bawa badan doang kaya gitu. Soalnya diluar lagi ga aman.”
“Pasti ayah udah tau kalo kamu lagi nyekap aku. Terus beliau marah dan ngirim serangan lagi. Yakan? Makanya tolong lepasin aku. Aku bisa pulang bareng pasukan yg ayah kirim kalo perang udah selesai. Aku janji kali ini gabakal ikut turun ke medan perang. Aku cuma pengen pulang. Aku mohon..”
“Justru ayah kamu ngirim bantuan kesini buat ngadepin invasi dinasti Qing yg pengen ngambil semenanjung Korea.”
“Hah????” Hyunjae pikir hal tersebut merupakan wujud dari kekaisarannya dalam mempertahankan wilayah. Selain itu, sang ayah memang tak pernah akur dengan Dinasti Yuan dan semua keturunannya termasuk Dinasti Qing. Dan sebelumnya, Hyunjae pun pernah dikirim kesana untuk menginvasi, jadi mungkin saja saat ini merupakan aksi balas dendam di saat yg tepat. Mungkin mereka telah mengetahui pemberontakan yg dilakukan oleh penguasa di semenanjung Korea dan berusaha untuk menghasut agar terlepas dari kekaisaran Mongol.
Hyunjae pikir, Dinasti Joseon telah kembali ke dalam naungan Kekaisaran Mongol, maka dari itu sang ayah mengirimkan bantuan. Tanpa ia sadari, perdamaian tersebut dilandasi oleh sebuah perjanjian rahasia yg telah disepakati oleh kedua belah pihak tanpa satupun orang yg tau, bahkan para utusan yg ditugaskan untuk saling mengantar surat sekalipun.
Sampai pada akhirnya, setelah perang mereda dan situasi kembali kondusif, Hyunjae benar benar diantarkan pulang oleh Juyeon dan kedua orangtuanya.
Terasa janggal memang, namun Hyunjae tak mau ambil pusing. Satu satunya hal yg ia inginkan hanyalah pulang ke istananya. Betapa ia merindukan ayah dan ibunya karna hampir satu tahun Hyunjae tinggal bersama keluarga kerajaan Joseon tanpa ada satu orangpun yg datang mencari, bahkan ia sampai terbiasa dengan kehadiran Juyeon disampingnya.
Sampai disitu Hyunjae masih berpikiran positif bahwa mungkin saja sang ayah telah mengetahui kondisinya, namun situasi diluar masih terlalu berbahaya akibat dari serangan Dinasti Qing.
Barulah pikiran positifnya berubah drastis ketika ia sampai di dalam komplek istana yg kini terlihat dihias dengan sangat mewah seperti akan diadakan sebuah pesta besar besaran.
“Hormat kami, Yang Mulia Kaisar..” ujar Taejo, Raja Joseon sekaligus ayah dari Juyeon, memberi penghormatan pada Kaidu Khan dengan bersujud dilantai yg kemudian diikuti oleh anak, istri, dan seluruh pengawal yg ikut mengantar.
Sementara Hyunjae hanya berdiri mematung di pintu, terlihat kebingungan dan memperhatikan sekelilingnya dengan seksama, berusaha mencerna apa yg sedang terjadi. Pasalnya, di ruangan tersebut seluruh anggota keluarganya terlihat lengkap, bahkan keempatbelas kakak laki lakinya yg selama ini sangat sukar dikumpulkan pun terlihat berada disana dengan jumlah yg lengkap. Dan mereka semua menyambut kedatangan Taejo dengan senyum yg bahagia, terutama sang ibu.
Apa apaan ini? Bukankah seharusnya sang ayah marah karna anak kesayangannya telah disekap sekian lama? Batin Hyunjae penasaran.
“Taejo, mungkin kau telah melihat segala macam persiapan yg telah kami lakukan diluar sana, jadi aku ingin bertanya untuk terakhir kalinya, jaminan apa yg akan kau berikan bahwa setelah ini tak akan ada pemberontakan lagi? Hal macam apa yg bisa kau berikan agar aku yakin dengan janji yg sebelumnya tertulis di dalam surat yg terakhir kali kau kirim?”
“Yang Mulia Kaisar, bukankah pangeran tidak akan pernah bisa mengkhianati orangtuanya sendiri?”
“Siapa yg tau jika suatu saat nanti anakku kau hasut untuk ikut memberontak? Kau tau betul bahwa Hyunjae adalah anak kesayanganku, Taejo. Dia adalah kelemahanku. Dan aku masih ingat betul bagaimana kekejamanmu menumbangkan Dinasti Goryeo, yg notabene adalah pemimpin kalian sendiri.”
“Tapi ini bukan sekedar intrik politik dan kekuasaan, Yang Mulia Kaisar. Karna mau sekejam apapun, kita semua tetaplah orangtua yg tak akan tega merusak dan mengganggu kebahagiaan anak anak kita. Bukankah begitu, Yang Mulia?”
“Bagaimana jika seandainya setelah mereka menikah, aku meminta tahtamu diturunkan pada Hyunjae, alih alih pada Juyeon yg notabene merupakan putra mahkota Joseon?”
“Akan hamba serahkan dengan senang hati.”
“Bagus.. harusnya sedari awal kalian seperti ini. Karna kalian semua bukan siapa siapa tanpa kekaisaran Mongol.”
“Hamba hanya melanjutkan jejak Dinasti Goryeo yg sebelumnya telah ada, Yang Mulia. Mereka lah yg berawal mempunyai ambisi untuk melepaskan diri dari kekaisaran. Dan sekarang kami akan menyerahkan tampuk pimpinan pada pangeran dengan senang hati seperti yg Kaisar inginkan, demi kebahagiaan anak kami satu satunya.”
“Baiklah. Sekarang semuanya sudah jelas. Ingat, anak kesayanganku yg manis ini merupakan salah satu panglima perang yg paling ditakuti, bahkan oleh para keturunan Kubilai Khan sekalipun. Dan dia akan selalu menuruti perintahku, bahkan jika kuminta dia menghabisi kalian semua saat ini juga. Jadi jangan pernah mencoba untuk berontak kembali.”
“Terimalah sembah sujud ku ini sebagai permintaan maaf dan tunduknya kami dibawah kekuasaanmu, Kaisar.” Ujar Taejo yg kini telah bersujud dikaki sang Kaisar. Sebelum pada akhirnya mereka semua diantarkan ke sebuah rumah peristirahatan yg masih berada di dalam komplek istana untuk beristirahat. Karna keesokan harinya, pernikahan Juyeon dan Hyunjae akan digelar dengan sangat meriah. Tanpa diketahui oleh kedua mempelai yg kini berdiam diri sembari menjaga jarak didalam sebuah kamar.
“Jadi, kamu udah nuker perjanjian damai dan minta perlindungan dari serangan Dinasti Qing pake pernikahan ini?” tanya Hyunjae yg tak lagi dapat menahan segala macam rasa gelisahnya.
“Aku berani sumpah kalo aku sendiripun ga tau menau soal pernikahan ini. Tolong percaya sama aku..”
“Beneran gatau ya? Jadi gimana perasaan kamu pas tau kalo kita bakal dinikahin paksa kaya gini?”
“A-aku..”
“Kalo kamu ga setuju, kabur aja sana. Soalnya dari tadi aku kepikiran hal itu. Tinggal nunggu orang orang pada tidur dan penjagaan lengah terus pergi deh..”
“Aku gabisa..”
“Kenapa?”
“Kamu tau sendiri kan kalo aku ini anak tunggal? Kedua orangtua ku naruh harapan yg besar sama aku. Dan masa depan kerajaan Joseon ada di tanganku. Aku gamau bikin mereka sedih.”
“Ohh.. yaudah kalo gitu aku aja yg pergi. Besok pagi kalo mereka nanyain aku kemana, bilang aja gatau.” Pungkas Hyunjae sembari bangkit berdiri dari tempatnya duduk di pinggiran ranjang. Lantas berjalan menuju pintu. Namun lengannya diraih oleh Juyeon, membuat langkahnya tertahan.
“Apa?” Tanya Hyunjae datar seolah tanpa minat.
“Tapi kalo boleh jujur, aku emang jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali kita ketemu..”
“Cih! Udah aku duga. Ternyata sama kaya orang orang tolol yg dulu nekat ngelamar aku padahal udah tau kalo aku ini laki laki.”
“Wajah manis dan cantikmu ini bikin semua orang kehilangan akal sehat. Dan aku salah satunya. Jadi, bisa ga kamu pertimbangkan lagi keputusan kamu itu?”
“Karna aku sekarang lagi fit banget, ayo bertarung lagi. Kalahin aku dulu kalo pengen pernikahan ini tetap terjadi.”
Jelas saja Juyeon menyanggupinya. Walaupun sebenarnya ada sedikit keraguan dihatinya. Selain karna kondisi fisik Hyunjae yg sedang fit, ditambah dengan rasa murka yg dipendam, serta predikatnya sebagai panglima perang yg tangguh dan sebelumnya pernah mengalahkan keempat belas kakak laki lakinya sendirian, membuat Juyeon berpikir bahwa bisa saja ia kalah dalam pertarungan kali ini. Namun rasa cintanya yg begitu besar seolah ikut meyakinkan, membuat semangatnya kembali membara.
Dan di hari itu, seisi istana dibuat panik pada tengah malam karna mendapati kedua pangeran yg akan dinikahkan keesokan harinya justru sedang bertarung sengit dan saling serang tanpa ampun hingga pagi menjelang.
Bahkan ke empat belas kakak laki laki Hyunjae tak dapat melerai keduanya. Sampai pada akhirnya pertarungan berhenti dengan keduanya yg jatuh berlulut diatas tanah secara bersamaan, sama sama tak dapat lagi berdiri tegak. Namun Juyeon dengan sisa tenaganya masih berusaha untuk meraih tubuh Hyunjae agak tak jatuh diatas tanah yg kotor dan dingin. Merelakan tubuh besarnya demi sang tambatan hati yg kini terkapar tak berdaya diatasnya dengan nafas keduanya yg terengah engah.
Dan disitulah Hyunjae merasakan sebuah kenyamanan untuk yg pertama kalinya. Karna Hyunjae yg sedari kecil dididik dengah sangat keras agar menjadi lelaki yg tangguh, seketika luluh setelah merasa diayomi dan disayangi. Lelah rasanya menjalani kehidupan yg begitu keras selama ini. Dan berakhir pasrah setelah merasakan aura dominasi serta kenyamanan yg Juyeon beri. Bahkan Juyeon masih berusaha membuatnya nyaman di titik darah penghabisannya.
Dan pernikahan itupun tetap dilaksanakan sesuai dengan jadwal yg telah ditetapkan sebelumnya, walaupun sediki terlambat dan dengan kondisi kedua mempelai yg babak belur. Namun justru terlihat lucu karna Hyunjae berakhir tertidur pulas dibahu Juyeon yg kini telah resmi menjadi suaminya.
Juyeon yg tak tega melihatnya pun melingkarkan salah satu lengannya dengan posesif di pinggang Hyunjae, dan satu tangan lainnya ia pakai untuk menahan kepala Hyunjae agar tak terjatuh. Sesekali, ia juga mengusap usap lembut kepala Hyunjae saat terusik dengan keramaian agar kembali terlelap.
Keesokan harinya, mereka semua berpindah tempat ke singgasana Kerajaan Joseon untuk serah terima jabatan, serta sang Kaisar mengumumkan kepada seluruh rakyatnya yg berada di semenanjung Korea bahwa kini wilayah tersebut kembali berada di bawah naungan Kekaisaran Mongol dan dibawah kepemimpinan pangeran bungsunya, yaitu Lee Hyunjae, dengan suaminya, Juyeon, sebagai panglima perang resmi sekaligus merangkap sebagai penasehat sang pangeran dalam memimpin kerajaan.
“Mmm Juyeon..”
“Hm?” Juyeon hanya membalas sapaan Hyunjae dengan berdeham, sembari menengok ke tempat dimana Hyunjae duduk sembari tertunduk, sibuk memainkan jemarinya.
Mungkin Hyunjae terlihat tegas dan keras karna efek didikan sang ayah yg otoriter. Namun dibalik semua itu, ternyata Hyunjae benar benar sosok yg manis dari segi karakter, dan sedikit manja. Membuat Juyeon jatuh semakin dalam pada pemuda berparas manis tersebut. Selain itu, rasa ingin melindunginya juga semakin besar, walaupun ia tau bahwa Hyunjae dapat melindungi dirinya sendiri.
“Kamu ga pengen ngajakin aku jalan jalan kah?”
“Kamu pengen jalan jalan?” Tanya Juyeon yg kini telah duduk bersimpuh dihadapan Hyunjae agar dapat melihat wajah manisnya yg tertunduk dalam, sembari menggenggam kedua tangannya.
Dan pertanyaan tersebut hanya dijawab oleh sebuah anggukan kecil yg sukses membuat Juyeon gemas setengah mati.
“Pengen jalan jalan kemana Yang Mulia? Sebagai panglima perang sekaligus penasehat pribadi, hamba akan selalu siap sedia mengantar kemanapun dan melindungi Pangeran kapanpun dengan senang hati.”
“Jangan kaya gitu ih geli banget dengernya.”
Juyeon terkekeh mendengarnya, walaupun kini secara formal status mereka sebagai Raja dan bawahannya, namun Hyunjae tak pernah suka diperlakukan seperti itu oleh suaminya sendiri dan selalu berakhir marah marah seharian. Membuat Juyeon semakin gencar mengusilinya.
Dan Juyeon tak henti hentinya bersyukur, karna si manis yg dulunya menjadi rebutan banyak pangeran dari berbagai penjuru kerajaan kini berakhir padanya. Walaupun perjuangannya harus dibumbui dengan drama peperangan dan perebutan wilayah kekuasaan namun itu semua terbayar lunas dengan kebahagiaan yg tiada tara. Bahkan Juyeon rela jika harus menjadi pelayan bagi Hyunjae walaupun ia adalah seorang dominan. Karna Juyeon akan melakukan apa saja demi sang pujaan hati dan kebahagiaannya.
“Yuk jalan jalan. Nanti aku kasih tau tempat tempat bagus yg ada di Korea. Kamu pasti suntuk banget ya selama ini hidup cuma latihan, perang, latihan, perang?”
“Banget.. jangankan jalan jalan, sebelumnya aku gapernah main sekalipun. Aku juga gapunya temen. Karna ayah keras banget dalam ngedidik anak anaknya. Liat sendiri kan kakak kakakku yg udah lebih dulu tersohor sebagai panglima perang yg tak terkalahkan. Yaaa walaupun mereka ga lebih hebat dari aku sih..”
“Kasian.. tapi sekarang kamu udah bisa nikmatin hidup semaunya. Karna status raja yg kamu sandang sekarang ibaratnya cuma perpanjangan tangan dari Kaisar. Karna gimanapun juga sekarang wilayah ini masih berada dibawah kepemimpinan ayah kamu. Selagi ga ada serangan dari kerajaan lain, kita aman dan bisa santai. Yakan?”
“Eum..”
“Pasti cape banget ya rasanya?”
“Mau jalan jalan, Juyeonnn..”
“Iya sayang.. tapi sekarang kamu harus ganti baju dulu pake Hanbok. Dan mulai sekarang sampe seterusnya kamu harus pake pakaian ini karna kami disini punya kebudayaan sendiri walaupun masih dibawah kepemimpinan Kaisar Mongol, karna kamu Rajanya dan mau gimanapun juga dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.” Ujar Juyeon sembari mengambil setumpuk Hanbok dari dalam lemari dengan warna yg cantik cantik, yg sebelumnya dihadiahkan oleh sang ibu.
“Iya, Juyeon. Terimakasih ya? Bagus semua. Aku suka.”
“Karna kamu cantik, jadi Hanboknya harus cantik juga. Kata ibu sih gitu..” jawab Juyeon sembari tersenyum hangat, membuat kedua pipi Hyunjae bersemu kemerahan.
“Yaudah sekarang ganti baju sana.. aku panggil para pengawal dulu buat nganterin kita jalan jalan ya, sayang..”
“Iyaaaa..”
Setelahnya, Juyeon mengecup sekilas bibir tipis Hyunjae sebelum pada akhirnya pergi keluar kamar. Karna tak hanya perlu menyiapkan pengawal, ia juga harus membawa persenjataan yg lengkap, karna bagaimanapun juga, posisi Juyeon sekarang adalah suami sekaligus panglima perang kerajaan. Maka ia harus memberikan perlindungan ekstra pada sang Raja. Dan Juyeon tak kan pernah membiarkan Raja dari Dinastinya sekaligus penghuni tahta dihatinya itu terluka barang seujung rambut pun.