Demi apapun, saat itu Juyeon terlihat sangat menakutkan dimata Hyunjae. Terlebih saat Juyeon melangkah maju secara perlahan. Mengikis jarak diantara mereka berdua. Dan Hyunjae spontan mundur teratur. Hingga pada akhirnya tak ada lagi ruang dibelakang kakinya yg mentok dipinggir tempat tidur. Membuatnya jatuh terduduk diatas kasur yg empuk.
Namun nyatanya Juyeon tak juga mau berhenti. Membuat Hyunjae terpaksa memundurkan tubuh bagian atasnya menjadi setengah rebahan dengan kaki yg masih menggantung dibawah.
“Lo ngapain anjing?! Jangan macem macem ya lo!!” Ujar Hyunjae panik sembari menahan dada Juyeon. Tersirat sedikit ketakutan pada nada suaranya.
Tak ada jawaban. Smirk masih terukir jelas pada wajah bengis Juyeon.
Sampai beberapa saat kemudian Juyeon tiba-tiba meraih kedua lengan Hyunjae, mencengkeramnya erat dan disatukan diatas kepala karna kini posisi Hyunjae telah benar-benar berbaring terlentang.
Sembari menahan kedua lengan Hyunjae, Juyeon menaiki ranjang, menekuk kedua kakinya di kanan dan kiri untuk mengunci pergerakan pemuda berparas manis tersebut, lalu tiba-tiba menelusupkan wajahnya diceruk leher Hyunjae sembari mengendus dan menjilat-jilat seperti seekor kucing yg haus akan belaian.
“BAJINGAN!! BERHENTI GAK?! GUE MASIH WARAS YA!!”
“Kalo gitu ucapin selamat tinggal sama kewarasan lo itu 😏” jawab Juyeon seduktif di telinga Hyunjae. Lalu, kemudian mencium paksa bibir tipis pemuda berparas manis dalam kungkungannya tersebut.
Jelas saja Hyunjae berusaha untuk berontak. Namun semakin ia melawan, Juyeon semakin kasar memperlakukannya. Seperti sekarang contohnya, bibir tipis si manis telah dihiasi oleh noda darah karna Juyeon menggigitnya barusan.
“BANGSAT!! SAKIT GOBLOK!!”
“Makanya jangan ngelawan. Lo pikir lo bisa menang ngelawan gue? Soal materi mungkin gue kalah telak, tapi kalo soal tenaga bolehlah diadu. Dan bakal gue kasih liat ke elo seberapa besar tenaga dan stamina gue 😏”
Setelahnya, Juyeon melepas paksa dasinya dan digunakan untuk mengikat kedua tangan Hyunjae di kepala ranjang. Lalu membuka paksa kemeja yg Hyunjae kenakan hingga kancingnya terpental kesegala arah.
“Wow.. mulus banget.” Ujar Juyeon dengan tatapan mata lapar. Membuat Hyunjae semakin panik dan ketakutan. Terlebih saat kedua ibu jari Juyeon tiba-tiba memainkan nipplenya. “Pengen jilat ini.. boleh ya, sayang?” Sambungnya kemudian.
“Jjja-jangan Juyeon.. gue mohon jangan..” sahut Hyunjae memelas. Namun kemudian kelopak matanya menutup dengan sangat erat sembari menggigit bibir bagian bawahnya. Karna Juyeon benar-benar melakukan apa yg telah ia katakan.
Hyunjae terus terusan mengucap kata 'jangan' sembari menggeleng ribut. Berharap Juyeon mau berhenti. Namun nyatanya sia sia saja. Juyeon masih terlihat sibuk menjilat, menyesap, bahkan menggigit-gigit kecil kedua nipple pink milik Hyunjae. Sesekali ia juga akan menghisapi kulit diarea dada serta leher Hyunjae dan meninggalkan banyak bercak kemerahan disana.
Setelah puas dengan semua itu, Juyeon mulai membuka jas dan kemejanya sendiri. Menampilkan tubuh kekarnya. Membuat Hyunjae menelan ludah. Spontan nyalinya menciut.
Kepalang tanggung jika hanya membuka atasan, Juyeon terlihat turun dari ranjang lalu membuka bawahannya dan hanya menyisakan dalamannya. Namun pada saat ia akan melakukan hal yg sama pada Hyunjae, si manis justru melancarkan serangan dengan menendang perut Juyeon hingga membuatnya terhuyung mundur beberapa langkah.
Amarah kembali menguasai Juyeon. Tatapan matanya nyalang, langkahnya tegas dan lugas, ia pun kembali menghampiri Hyunjae dan melepas bawahan yg Hyunjae kenakan dengan sekali tarik sampai terlepas semuanya. Sangat kasar. Kemudian melepas sisa kain di tubuhnya sendiri hingga kini membuat keduanya sama-sama telanjang bulat.
Rasa kesal dan amarah yg bercampur membuat tenaga yg Juyeon keluarkan tak main main besarnya. Lantas ia membuka paksa kedua kaki Hyunjae dan menyelipkan diri ditengahnya. Membuat Hyunjae semakin gemetar ketakutan. Bahkan pemuda manis itu kini sudah hampir menangis dibuatnya.
“Masih berani ngelawan rupanya. Ayo gue kasih liat seberapa besar tenaga gue, biar lo ga terus terusan nyepelein gue lagi. Ayo kita seneng-seneng sampe pagi, sayang..”
“Jangan Juyeon.. jangaaaannn.. gue mohon jangan..” pintanya memelas dengan mata yg berkaca-kaca. Berharap Juyeon mengurungkan niatnya.
Sementara dibawah sana Juyeon terlihat tengah sibuk mengocok dan memijat kejantanannya yg tak main main besarnya agar mengeras. Tak peduli dengan rengekan Hyunjae yg terdengar mengiba.
Lalu beberapa saat kemudian Juyeon melakukan hal yg sama pada penis Hyunjae. Dengan smirk yg masih tersungging di bibirnya seolah mencibir.
Kini Hyunjae telah benar benar menangis dibuatnya. Harga dirinya telah hancur oleh orang yg selama ini ia rendahkan.
“Mari kita liat abis ini lo masih normal apa engga. Sekaligus ngebuktiin seberapa besar tenaga yg gue punya biar lo ga kurang ajar lagi sama gue😏”
“Jangan Juyeon.. gue mohon.. gue janji gabakal ngerendahin lo lagi. Gue janji gabakal ngehina atau mempermainkan siapapun lagi. Tolong maafin gue. Jangan gini Ju.. jangaaaannnn.. hiksss gue mohoooon..”
“Terlambat, sayang.. lo udah ngancurin gue luar dalem, dan lo juga harus ngerasain hal yg sama. Ucapin selamat tinggal sama harga diri dan gengsi lo yg setinggi langit itu.”
Setelahnya, Juyeon mendorong paksa kejantanannya yg tak main main besarnya itu pada lubang sempit Hyunjae, tanpa pelumas, tanpa pemanasan, dan tentunya tanpa belas kasihan. Membuat si manis meraung raung kesetanan menahan rasa sakit. Bahkan Juyeon tak mau berhenti walaupun ia melihat darah yg mengalir dibawah sana.
“Biadap lo Lee Juyeon!! BAJINGAN!! Huhuhu sakiiiitt Juyeooonn.. sakiiiitttt..”
“Sakitnya diawal doang. Ntar lama lama juga enak kok. Sshhhh sempit banget.. Tapi enak rasanya kek dipijit. Sorry ya agak susah. Seret soalnya. Aturan tadi kontol gue lo jilatin dulu.” Ujar Juyeon. Sebelum pada akhirnya ia hentakkan sisa kejantanannya agar tenggelam sepenuhnya. Membuat Hyunjae menjerit menahan rasa sakit yg teramat sangat. Tubuhnya serasa dibelah menjadi dua bagian. Air mata juga tak hentinya mengalir membasahi wajah manisnya yg kini terlihat sendu.
Juyeon tak lantas bergerak. Ia memutuskan untuk diam terlebih dahulu agar tubuh Hyunjae terbiasa dengan kejantanannya yg besar itu. Lalu dipeluknya tubuh yg ada dalam kungkungannya itu dengan erat, ditatapnya mata sendu itu dengan hangat, dan kembali ia cumbu bibir tipis Hyunjae yg terluka dengan sangat lembut.
Sementara itu Hyunjae hanya bisa pasrah akan apa yg Juyeon lakukan pada dirinya. Ia sudah tak sanggup lagi untuk melawan. Rasanya remuk dan sangat lemas. Bahkan jika diizinkan, rasanya Hyunjae ingin mati saja.
Lamunan pemuda perparas manis tersebut buyar saat ia merasakan sebuah pergerakan dibawah sana
Rasanya sangat aneh, seperti ada sebuah benda asing yg bergerak gerak didalam tubuhnya.
“Ssshhhh gue ga nyangka tubuh lo seenak ini rasanya. Harusnya dari dulu aja gue tidurin. Daripada ngejar ngejar lo tapi ga dapet apa apa yakan..”
“Anjing lo Juyeon..” sahut Hyunjae lemah.
“Lo yg mulai kan?” Jawab Juyeon seadanya. Lalu, gerakan yg awalnya lembut itu kini berganti ritme menjadi sangat kasar membuat Hyunjae tersentak sentak.
Juyeon terus menghujamnya tanpa ampun, tanpa belas kasihan, meluapkan semua kekecewaan dan rasa sakit hatinya hingga membuat Hyunjae lemas tak berdaya. Sesekali, Juyeon juga akan menghisapi kedua nipple Hyunjae dengan kasar hingga memerah, menjilati dan menyesapi di semua bagian kulitnya. Hyunjae benar-benar kacau dibuatnya.
Saat dirasa akan tiba dipuncaknya, Juyeon mencengkeram rahang Hyunjae dan menekannya dengan keras agar terbuka, mencabut penisnya dibawah sana lalu menjejalkannya ke mulut mungil Hyunjae, terus menekannya sampai menembus kerongkongan, membuat Hyunjae tersedak gelagapan karna air maninya yg meluap memenuhi mulut kecil itu.
“Ssshhhh mulut lo nagih banget.. anget..” ujar Juyeon sembari terus menekan penisnya yg besar kedalam mulut Hyunjae.
“Jilatin kontol gue sampe bersih. Abis ini kita lanjut lagi sambil nungging.” Perintah Juyeon mutlak sembari satu tangannya menjambak rambut Hyunjae. Dan si objek hanya bisa pasrah menuruti apa yg Juyeon perintahkan daripada disiksa nantinya.
Setelah puas, Juyeon mencabut paksa kejantanannya dari dalam mulut Hyunjae yg terlihat belepotan oleh spermanya. Lalu menggesekkannya dengan penis Hyunjae, yg mau tak mau ikut menegang karna dipancing. Membuat Juyeon tersenyum mencibir.
“Ngaceng juga kan akhirnya? 😏 yakin lo masih normal? Yakin lo masih doyan sama cewe?”
Setelah melontarkan kalimat bernada ejekan tersebut, kemudian Juyeon meludahi penis Hyunjae dan mulai mengocok dengan telapak tangan besarnya.
“Juyeon jajjjj-jangan.. gue mohon jangaaannn..” pinta Hyunjae memelas. Tentu saja tak digubris oleh Juyeon. Bahkan kini gerakan tangannya justru semakin kencang.
“Keluarin aja gausah gengsi. Udah kedutan tuh.. apa ga sakit ditahan gitu hm? 😏”
Mau bagaimanapun juga, Hyunjae adalah laki laki dewasa yg normal, yg mempunyai nafsu, dan butuh pelampiasan, bagaimana bisa ia menahan jika diberikan servis seperti itu? Hingga pada akhirnya Hyunjae menyerah dan sampailah ia pada pelepasan pertamanya. Air mani yg mengotori perutnya itu kemudian di lap oleh Juyeon menggunakan telapak tangannya dan dibalurkan pada penis mereka, lalu kembali ia gesekkan kedua benda yg terlihat masih mengeras tersebut.
“Gimana? Enak kan? Udah deh nikmatin aja gausah denial. Kontol gue siap banget kalo disuruh muasin lo kapan aja. Tenaga gue udah gaperlu diragukan lagi. Jadi mulai detik ini lo milik gue. Lo cuma boleh ngewe sama gue. Persetan sama orientasi seksual lo. Intinya mulai detik ini cuma gue satu satunya orang yg boleh deket sama lo. NGERTI LEE HYUNJAE?!”
“I-iya Juyeon.. gu-gue ngerti.. uddah ya? Gue u-udah ga sangguphh laggihh.. badddan gue rasssanyah remmukkk..”
“Alah lemah!! Ngebully orang aja semangat, masa diajakin enak enak malah nyerah? Mana jiwa barbar lo? Pokoknya kita lanjutin sampe pagi. Sampe gue puas.”
Jika sudah begitu, Hyunjae bisa apa selain pasrah? Tak ada yg bisa ia lakukan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Juyeon benar benar menghajarnya sampai pagi. Bahkan Hyunjae tak ingat berapa ronde keduanya melakukan hal tersebut, karna belum sempat mencapai setengah permainan saja, ia sudah kehilangan kesadarannya. Rasanya benar benar remuk.