phantomjyn


21.00

Hyunjae tersentak dari tidur lelapnya saat rasa sakit mulai menjalar menghampiri kepalanya. Saat ia membuka mata dan berusaha mencerna apa yg terjadi, ia mendapati wajah suaminya berada begitu dekat dengan wajahnya. Dan rasa sakit itu, ternyata berasal dari rambutnya yg dijambak dengan sangat kuat. Membuatnya meringis kesakitan.

“Ssttttt jangan berisik. Saya tadi bilang apa sama kamu, sayang? 😏”

“A-aku gaboleh ti-tidur disini..”

“Pinter.. kenapa nekat? Kamu kangen di hajar ya? Lebih suka disakitin sama saya daripada nurut, hm?”

“E-engga mas ampun sa-sakit.. hikssss le-lepasin maaassss..”

“Siapa yg nyuruh kamu nangis, sayang?”

“Mas shakiiiiitthhhh huhuhu ampuunnn..”

Bukannya merasa iba, tangisan pilu Hyunjae justru membuat Juyeon semakin meledak ledak tak terkendali. Seharian ini kesabarannya terus terusan diuji. Mulai dari Eric, mamanya, dan juga Minju. Lalu sekarang Hyunjae turut membuatnya semakin kesal setengah mati.

Rambut Hyunjae yg berada dalam genggaman tangan besarnya itu ditarik dengan sangat kasar. Membuat Hyunjae terjatuh dari atas ranjang. Cukup kencang hingga menimbulkan bunyi layaknya dua benda yg beradu. Entah apa yg terbentur, Juyeon tak peduli. Ia sedang dikuasai amarah berkat semua orang yg seolah sengaja bersekongkol untuk membuatnya murka hari ini.

Melihat Hyunjae yg terkapar tak berdaya dilantai itu membuat adrenalin Juyeon makin terpacu dan bersemangat melanjutkan siksaannya. Melampiaskan segala amarah yg ia tahan seharian tadi.

Lalu beberapa saat kemudian dilingkarkanlah telapak tangan besarnya itu pada leher Hyunjae dan ditekannya dengan sangat kuat kelantai. Membuat Hyunjae gelagapan tak bisa bernafas.

Inginnya berteriak, namun suara serta nafasnya tercekat dileher. Hyunjae tersengal karna bersusah payah mencoba untuk bernafas, hingga kini wajahnya telah berubah warna menjadi merah keunguan. Matanyapun melotot tak lagi bisa dikedipkan.

Dan Hyunjae yakin, tak sampai satu menit ia akan mati ditangan suaminya sendiri.

Namun ternyata prediksinya salah. Karna sedetik kemudian Juyeon melepaskan cekikannya lalu menggenggam erat kerah baju Hyunjae hingga terpaksa membuatnya mengikuti gerakan tersebut.

Kini keduanya sedang berdiri berhadapan dengan jarak yg sangat dekat. Lalu Juyeon melingkarkan lengan kekarnya dibahu Hyunjae, dan lagi-lagi menjambak rambut pemuda tersebut dari belakang hingga membuatnya mendongak.

Lalu tanpa diduga, Juyeon menelusupkan wajahnya pada ceruk leher Hyunjae yg terekspose berkat kepalanya yg mendongak tersebut. Mengendus endus seperti kucing. Entah apa tujuannya. Yg jelas, apapun yg Juyeon lakukan sekarang sukses membuat Hyunjae ketakutan setengah mati.

“Hmm wangi..”

“Mas ampuuuunnnnnn.. sakit massss..”

PLAK!!

Memang benar Juyeon melepaskan jambakannya pada rambut Hyunjae. Namun kemudian menampar pipi pemuda manis tersebut dengan sangat kencang, membuatnya terhuyung dan hampir saja tersungkur kelantai jika tak menjaga keseimbangannya.

Belum puas dengan hal tersebut, Juyeon kembali menghampiri Hyunjae dan menampar pipinya yg satu lagi. Kali ini lebih kuat daripada yg sebelumnya. Membuat Hyunjae jatuh terduduk karna lemas, pandangannya juga mulai mengabur.

Namun seolah iblis yg tak mempunyai rasa belas kasihan, Juyeon kembali menarik kerah baju Hyunjae hingga membuat pemuda manis itu ikut berdiri, lalu tanpa aba-aba dihempaskannya tubuh Hyunjae kearah tembok hingga kepalanya terbentur dengan sangat keras. Setelahnya Hyunjae merosot kelantai. Dengan tatapan mata yg kosong. Pandangannyapun mulai menghitam.

Setelah melihat kondisi Hyunjae yg mengenaskan dan tak berdaya tersebut, barulah Juyeon merasa puas. Ia lantas melangkahkan kakinya keluar kamar. Berniat untuk beristirahat dirumahnya sendiri.


Dua hari kemudian, kesadaran Hyunjae mulai kembali. Ia membuka kedua matanya dan mengerjap-ngerjap karna pandangannya yg buram. Dan untuk beberapa saat ia hanya termenung dalam diam. Berusaha mencerna apa yg terjadi, lalu mengedarkan pandang ke sekeliling.

Ruangan bercat putih, tirai dipinggiran tempat tidur, bau obat, dan jangan lupakan selang infus yg tertancap disalah satu tangannya.

“Ohh, rumah sakit ternyata..” ujarnya dalam hati.

Setelah menyadari kondisinya, kini otaknya kembali berputar dan siap untuk diajak berpikir. Karna tanpa aba aba, ribuan pertanyaan kembali menyerang dan tak mampu ia jawab.

Seolah semesta tak membiarkan pemuda berparas manis tersebut untuk sekedar beristirahat barang sedetikpun..

Hyunjae berusaha untuk bangkit dari posisi tidurnya, namun ia tak kuasa karna sekujur tubuhnya terasa remuk.

Hingga pada akhirnya dengan susah payah ia memencet bel pada headboard ranjang untuk memanggil pihak medis.

Dan tak membutuhkan waktu yg lama, karna beberapa detik kemudian seorang perawat memasuki ruangan Hyunjae dengan sangat tergesa serta raut wajah khawatir.

“Ahh syukurlah sudah sadar. Bagaimana rasanya? Ada yg sakit?”

“I-iya tubuh saya sakit semua. Mau bangunpun gabisa. Saya kenapa ya sus?”

“Anda terindikasi mal nutrisi, dehidrasi, dan terdapat sedikit retakan pada tulang punggung. Tapi tenang saja, kemarin anda sudah dioprasi dan terpaksa harus ditanami pen agar tidak semakin parah dan untuk membantu anda beraktifitas juga. Tapi untuk sementara waktu jangan banyak bergerak dulu ya? Dokter berpesan agar bedrest untuk beberapa hari kedepan.”

“Ohh.. iya sus terimakasih. Jadi siapa yg membawa saya kesini?”

“Maaf saya tidak tau namanya. Nanti biar saya tanyakan ke dokter yg menangani anda kemarin.”

“Orangnya kaya apa sus?”

“Tinggi, putih, badannya ga begitu berisi. Orangnya keliatan kaya yg soft banget gitu. Sopan juga..”

“Ohh Younghoon..” batin Hyunjae.

“Terus orangnya mana sus?”

“Dia biasa dateng pas sore. Terus nungguin disini sampe subuh, dan selalu pulang pagi pagi buta. Sebentar lagi pasti juga datang orangnya.”

“Udah cuma dia doang yg suka kesini sus?”

“Ada satu lagi. Ganteng juga, tapi perawakannya sedikit lebih kekar. Matanya cuma segaris kaya kucing.”

“Ohh itu suami saya.”

“SUAMINYA ADA DUA?? 😳”

“Bukan bukan! Yg pertama tadi temen saya.”

“Ohh kirain..”

“Apa dia juga suka nemenin saya disini sus?”

“Suaminya? Ga pernah. Dia cuma sesekali dateng buat ngurus administrasi. Yg tiap hari disini temennya yg saya sebut pertama tadi.”

“Ohh gitu.. ohya sus, apa ada titipan barang barang saya?”

“Cuma hp. itu ada dimeja. Kemarin suami anda yg ngasih. Terus minta tolong buat dicharger. Mau di ambilin?”

“Boleh deh. Tolong ya sus..”

“Ohya ada satu lagi. Dia juga nitipin surat. Ini silahkan dibaca.”

“Makasih ya sus..”

“Sama sama..”


“kalo kamu udah bangun dan baca surat ini, saya minta kerjasamanya buat ga ngasih tau orang orang dirumah. Jangan bikin saya dalam bahaya. Soalnya kamu paham betul apa resikonya kalo sampe mereka tau. Jelas saya bakal dihabisin sama mereka semua. Kalo ada yg ngehubungin kamu, lanjutin aja sandiwaranya biar mereka pikir kita seenjoy itu liburan. Sampe sini paham ya? Istirahat yg bener biar cepet sembuh. Soalnya kalo terlalu lama juga ga baik. Kalo dirasa udah siap buat pulang langsung hubungin saya. Inget, nurut apa kata dokter. Jangan nyusahin!”


Setelah membaca surat dari suaminya tersebut, Hyunjae memjamkan matanya dan menghela nafas berat. Se-tidak peduli itu Juyeon pada dirinya. Lalu ia putuskan untuk menyalakan ponselnya. Dan melanjutkan sandiwara bodoh itu ditengah tengah rasa sakit fisik dan psikisnya.

Tak apa ia menderita, yg jelas hanya satu yg ia inginkan, rumah tangganya baik baik saja..


“Tiap hari harus kaya gini mas postingannya?”

“Iya. Intinya biar semua orang tau kalo kita lagi honeymoon dan baik baik aja. Tadi udah foto banyak banget kan? Nah cukup tuh buat diaplot tiap hari sampe liburannya selesai. Atur sendiri aja captionnya gimana. Nanti sesekali bakal saya reply twt kamu.”

“Tapi kenapa? Itu bohong mas namanya..”

“Emang lagi bohongin orang orang.”

“Ohh kita ga honeymoon beneran ya? Terus mau ngapain di hotel ini? Kan gajauh dari rumah kita. Apa ga ketauan sama orang nantinya?”

“Gabakal. Soalnya kamu saya larang keluar kamar. Kalo mau makan order onlen aja. Nih saya kasih pegangan uang buat 4hari kedepan.”

“Loh kenapa ga mas yg bawa aja? Toh kita barengan.”

“Engga. Cuma kamu doang yg nginep disini.”

“Mas mau kemana? Jangan tinggalin aku sendirian mas 🥺”

“Jangan rewel. Saya mau ngabisin waktu sama Minju.”

“Mi-minju mantan kamu itu?”

“Iya.”

“Mas, kita udah nikah lohhh 😔”

“Pernikahan ini cuma status. Dan kamu tau betul saya gapernah cinta sama kamu.”

“Ahh bener.. maaf aku gatau diri.”

“Inget, jangan pernah keluar kamar walaupun cuma ke lorong depan. Kalo ngelanggar, saya bunuh kamu!! NGERTI?!”

“Iya mas aku ngerti.. kamu pergi jam berapa?”

“Saya cabut nanti malem. Sekarang saya mau rebahan dulu bentar. Cape.”

“A-aku juga cape. Tapi karna kasurnya cuma satu ukuran king, boleh ga aku rebahan disitu? Disamping mas 🥺”

“ENGGA!! Dibilang saya gasuka deket deket sama kamu! Ngeyel banget!”

“Terus aku tidur dimana mas? Kamar standart ga ada sofanya..”

“Sementara di lantai dulu kan bisa. Toh nanti malem saya udah pergi. Kamu bisa pake sepuasnya tuh kasur.”

“Ahh iya bener.. kalo gitu boleh aku pinjem selimutnya buat alas mas?”

“JANGAN MANJA!!”

“Maaf masss..”

Lagi lagi Hyunjae hanya bisa meratapi nasibnya dan sebisa mungkin menahan isakan agar tak lolos dari bibir tipisnya yg sedikit bergetar itu.

Pemuda berparas manis tersebut terlihat meringkuk dilantai, dan beberapa kali mencari posisi yg nyaman agar punggungnya yg cidera tak menyentuh lantai. Jujur saja, rasanya seperti habis terkena cambukan. Sakit, ngilu, perih, bercampur menjadi satu.

Terlebih saat Juyeon mengutarakan niat aslinya bersandiwara, membuat Hyunjae hancur luar dan dalam.

Meski begitu, Hyunjae yg notabene anak baik baik, ceria, dan periang itu memaksakan diri untuk bertahan walaupun harus menahan rasa sakit. Karna ia tak mau mengingkari Tuhannya. Bagi Hyunjae, janji suci mereka di altar kemarin tak pantas dipermainkan. Hyunjae tak mau Tuhan nya murka. Ia bersumpah untuk menjaga janji tersebut sampai Tuhan memanggilnya.. apapun yg terjadi..

Dan Hyunjae yakin Tuhan nya tak pernah tidur. Tuhannya tak akan tinggal diam melihat apa yg telah Hyunjae korbankan.

Namun bukan balasan keji pada sang suami yg ia harapkan, yg Hyunjae mau sang suami terbuka mata hatinya suatu saat nanti.. karna Hyunjae ingin menjaga janjinya sampai mati..

Terlalu larut dalam lamunan membuat Hyunjae tak sadar hari telah mulai gelap. Kesadarannya kembali saat ia mendengar suara sang suami yg sedang beraktifitas.

Sontak Hyunjae bangkit dari posisi yg sebelumnya sedang meringkuk dilantai. Menawarkan bantuannya pada sang suami yg mungkin butuh disiapkan sesuatu sebelum pergi. Namun seperti biasa, ia selalu ditolak mentah mentah.

Untuk selanjutnya Hyunjae hanya duduk diam dipinggir ranjang, menatap nanar punggung sang suami yg tengah sibuk bersiap tersebut.

“4 hari lagi saya jemput kamu disini. Jangan berulah dan bikin saya repot!!” Ujar sang suami sebelum akhirnya pergi meninggalkan Hyunjae sedirian untuk menemui mantan kekasihnya.

Selanjutnya, Hyunjae menjalani hari harinya penuh dengan keputus asaan. Rasa sakit dipunggungnya sampai tak lagi terasa, kalah telak dengan rasa sakit yg tertoreh dihatinya.

Hyunjae terlihat seperti orang yg linglung. Ia tak pernah tidur, juga tak mau makan dan minum. Bahkan uang yg Juyeon tinggalkan masih berada diatas meja. Tak tersentuh sama sekali.

Ia melewati harinya hanya untuk melamun, meratapi hidupnya yg tragis..

Hingga pada hari terakhir Hyunjae tak lagi mampu membawa dirinya. Ia tak lagi sanggup mempertahankan kesadarannya dan memutuskan untuk meminta tolong pada seseorang..


“Ya Tuhan..” keluh sang fotografer frustasi sembari mengusap wajahnya dengan kasar. Hembusan nafasnyapun terasa berat seperti sedang menanggung beban yg sangat berat.

Terhitung sudah tiga jam kegiatan tersebut berlangsung. Namun semua hasilnya gagal. Tak ada satupun yg berhasil bahkan sampai detik ini. Juyeon dan Hyunjae terlihat sangat canggung dan kaku saat berdekatan. Ditambah dengan sikap dingin Juyeon yg tak ekspresif, membuat semuanya menjadi berantakan.

Honestly, Hyunjae telah mencoba untuk mengalah dan berusaha semaksimal mungkin mengatur ekspresi serta gesturnya, namun semuanya hancur berantakan saat ia kembali berdekatan dengan calon suaminya tersebut. Aura Juyeon terlalu mendominasi serta mengintidasi, membuat Hyunjae ketakutan saat berada di dekatnya. Nyalinya ciut.

Sedangkan Juyeon sendiri terlihat masa bodo seolah tak peduli. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri seperti biasanya. Tanpa ia sadari semua orang yg terlibat pada kegiatan tersebut dibuat kerepotan dan frustasi setengah mati.

📸 : “kalian berdua ini beneran mau nikah kan? Kok saya jadi sanksi liatnya..”

HYUNJAE : “kalo ga beneran terus buat apa semua ini? Saya ga segabut itu om.”

📸 : “terus apa apaan semua ini? Andai saya ga kenal baik sama Mr.Lee, mungkin saya akan menyerah di jam-jam pertama pemotretan ini. Tolong kerja samanya. Saya ini sibuk. Saya masih punya jadwal lain. Yg mau menikah bukan cuma kalian doang. Astagaaaa...”

JUYEON : “maaf..”

📸 : “Lee Juyeon.. bisa agak profesional sedikit? Saya gatau apa yg terjadi diantara kalian, tapi ekspresi wajah kamu yg datar itu membuat semua fotonya seperti pamflet pencarian DPO kriminal. Padahal dari tadi Hyunjae udah berusaha ngedeket sama kamu. Kasih feedback doooong.. biar keliatan romantis. Astaga, saya pensiun aja apa ya? Selama bertahun tahun saya menjadi seorang fotografer, baru sekarang saya menghadapi situasi serumit ini. Biasanya lancar lancar aja. Soalnya semua calon pengantin yg saya pegang penuh euforia kebahagiaan karna akan menyambut hari bahagia. Jadi ga susah buat saya mengatur mereka. Tapi kalian ini- ah sudahlah! Saya beri sedikit waktu buat ngobrol berdua. Kalo udah, baru temui saya lagi. Intinya saya mau pemotretannya selesai hari ini. Karna ini kesepakatan saya bersama Mr.Lee. Mengerti?!”

JUYEON : “iya saya ngerti. Sekali lagi maaf..”


“Kamu tuh kenapa sih mas? Kamu gasuka ya sama aku?”

“Ga juga.. saya dari dulu kan emang udah kaya gini.”

“Yakin cuma sifat alami kamu? Bukan karna gasuka sama aku? Soalnya kamu sering ngeluh sama aku seolah semua ini beban hidup. Mas, kalo emang ga yakin, gausah diterusin.”

“Yakin kok..”

“Tapi bahasa tubuh kamu tuh gabisa boong. Kaya yg illfeel gitu sama aku. Kenapa sih? Aku salah apa sama kamu? Semua ini bukan aku yg minta mas, tapi kamunya selalu mojokin aku, ngelimpahin semuanya sama aku. Yaaa walaupun aku ga masalah karna aku udah janji bakal jadi pasangan yg baik buat kamu, tapi aku berhak tau apa alesan kamu kaya gini. Padahal sama yg sebelumnya sampe dibela belain berantem sama mama gara gara kekeh minta restu. Kamu gamon ya mas?”

“Jangan bawa bawa dia. Saya gasuka.”

“Ya terus kenapa? Ngomong mas, ngomoooong.. akunya jadi bingung ngadepin kamu. Aku juga ngerasa gaenak sama orang orang yg terlibat. Kita udah terlalu sering ngerepotin mereka. Kasian mas..”

“Maaf.. ayo dicoba lagi.”

“Engga. Sebelum semuanya jelas.”

“Apalagi sih? Jangan rewel deh. Saya cape.”

“Sama, aku juga cape. Kalo gitu ayo diakhiri aja mas. Daripada hidup penuh tekanan nantinya.”

“Tapi saya gamau ngecewain mama lagi.”

“Sama, aku juga gabisa nolak permintaan ayah. Tapi semua ini terlalu menyiksa. Yg ga berlandaskan rasa cinta tuh emang susah buat diperjuangin. Serasa sia-sia aja.”

“Tapi saya percaya kata pepatah, cinta ada karna terbiasa. Buat sekarang mungkin saya ga cinta sama kamu, tapi gatau nanti gimana, yakan?”

“Kalo tetep ga ada perubahan?”

“Yaudah diakhiri aja. Ngarep apa emangnya?”

“Semudah itu? Padahal aku maunya menikah sekali seumur hidup. Dan aku bakal wujudin itu apapun yg terjadi.”

“Kenapa?”

“Aku gapernah punya hubungan serius sama seseorang in a romantic way, mas. Aku maunya sama satu orang, buat seumur hidup.”

“Serius kamu gapernah pacaran?”

“Serius. Dari lahir sampe detik ini aku jomblo. Jadi salah gasih kalo aku berharap sebuah proses yg indah? Terlepas dari kita saling cinta apa engga. Tapi seengganya semua jadi lancar. Jangan dipersulit, mas..”

“Maafin saya.. ayo dicoba sekali lagi. Kalo menurut kamu bahasa tubuh saya keliatan gabaik, bakal saya pikirin buat lanjut apa engga. Gimana?”

“Deal.”

“Yaudah ayo.”


Disuatu siang yg terik, setelah menyelesaikan kelasnya, Hyunjae dan Younghoon memutuskan untuk menghabiskan waktu dikantin fakultas, walaupun pada kenyataannya mereka tak lagi mempunyai jadwal setelah itu.

Semua itu semata mata demi menghibur seorang Lee Hyunjae yg terlihat sedang gelisah beberapa waktu terakhir.

Karna apa? Jelas karna hari pernikahannya yg semakin mendekat.

“Komuk lo. Wkwkwk..”

“Diem anjing. Gatau orang lagi pusing apa ya?”

“Itu soto kalo diaduk aduk mulu lama lama jadi bubur sun.”

“Bagus lah.. buat ngebacem mulut lo yg hobi ngeledekin gue akhir akhir ini.”

“Lagian aneh.. daripada keliatan bahagia, lu lebih cocok kalo disebut gangguan jiwa. Gimana gue ga ketawa liatnya?”

“Lo gatau seruwet apa isi otak gue 😭”

“Gamau tau juga sih..”

“Sini maju lo! Berantem kita..”

“Yaelah lagi letoy juga sok sokan ngajakin ribut.”

“Stress gue streeesssssss 😭”

“Oke oke udah cukup hahahihinya. Sekarang gue mau ngomong serius.”

“LAH DARI TADI BUKANNYA UDAH SERIUS? Depresi gue beneran soalnya. Ga bercandaan.”

“Lo beneran mau nikah ya?”

“Lo nanyain ini ada keknya seribu kali. Budeg lo?”

“Masih ga nyangka aja sih.. secepet itu.”

“Baguslah.. biar gue ga terpengaruh pergaulan sesat dari lo.”

“Kalo bagus harusnya seneng. Kenapa malah frustasi gini?”

“Gatau aja lo calon laki gue kek apa bentukannya.”

“Tau anjir. Kan pernah ketemu sebelumnya.”

“Sifatnya maksud gue.”

“Orangnya kek dingin gitu gasih? Serem najis..”

“BETUL 👍🏻”

“Kok lo betah sih? Sifatnya berbanding terbalik sama lo yg begajulan.”

“Harusnya lo nanya gitu ke dia gasih? Kok mau sama gue yg pecicilan gini?”

“Kalo gue jadi dia, pastinya gue bakal mikir, mayan nih punya babu gratisan. Lo kan gabisa diem orangnya.”

“Katanya mau ngehibur? Malah diajakin mikir😭”

“Loh bisa mikir? Kirain gapunya otak.”

“Ada, dikit.”

“Btw cepet banget ya? Lusa udah taken seumur hidup aja lo.”

“Pacar pacar lu noh kasih kepastian. Jangan lo tidurin doang. Sok sokan ngurusin nikahan gue.”

“Orangnya aja ga masalah. Lo ngapain protes?”

“Kasian anak kecil dihasut.”

“Pacar pacar gue udah gede ya anjir. Bentukannya doang yg travel size.”

“Enak ye bisa ditenteng kemana mana? Ga ribet.”

“Lo kata mereka kucing anggora? Kalo udah ga ngapa-ngapain mending balik deh..”

“Jangan doooong.. overthinking mulu gue kalo dirumah. Kemana kek.. mumpung gue masih bisa bebas nih..”

“Emangnya abis nikah mau dipasung ya?”

“Agak tau diri dikit sih guenya.”

“Ga boleh keluar main?”

“Boleh anjir, boleh banget.. tapi guenya yg gaenak.”

“Karna gue temen yg baik jadi ayolah gue temenin ampe gumoh.”

“Dari tadi kek. Gue tuh sebenernya takut pulang kerumah 😭”

“Laki lo hobi gigit ya? Atau dia vampir?”

“Gagitu.. gue cuma pengen nikmatin waktu waktu terakhir yg gue punya.”

“Udah kek mau mati.”

“Kalo ada orang yg lagi pengen ngebunuh, gue maju paling depan dah.”

“kasian mana masih muda.. ayo cabut. Sebelum dayang dayang gue liat gue ada disini. Soalnya mereka kalo udah nemplok susah lepasnya.”

“Lagian aneh, punya pacar dua tapi nempelin gue mulu. Naksir lo sama gue?”

“Gue kasian aja sih lu gapunya temen.”

“Ya ga salah sih..”


Chanhee berhasil sampai rumah dengan selamat walaupun harus berjalan sempoyongan. Namun setidaknya kali ini tak separah biasanya, yg membuat akal sehatnya menghilang entah kemana. Malam ini, Chanhee masih sadar, ia tau apa yg terjadi dan apa saja yg dilakukan walaupun kepalanya sedikit berputar.

Sesampainya di depan unit apartemen miliknya, Chanhee berusaha menenangkan diri dan menguatkan diri setegar mungkin agar terlihat normal dan bertingkah wajar. Ia takut terlalu overpower dalam melakukan sesuatu karna efek dari mabuknya.

Perlahan, dibukanya pintu apartemen tersebut. Sebisa mungkin tak menimbulkan suara agar tak membangunkan Changmin. Lalu ia bergegas membersihkan diri ke kamar mandi dan berganti piyama. Setelahnya barulah ia masuk ke dalam kamar. Namun tanpa ia duga ternyata Changmin tengah terjaga dan terlihat sedang menonton televisi. Membuat Chanhee sedikit terkejut namun ia kembali berusaha untuk tetap biasa saja dan bergegas menaiki ranjang. Memposisikan diri di sebelah Changmin yg sedang terduduk.

“Ccccha-changmin? Kok lo ga tidur?”

“Gue tadi kebangun. Terus nyariin lo ga ada makanya gue tungguin. Dari mana lo?”

“Eh gu-gue abis nyari makan hehe laper malem malem.”

“Gue kebangun dari jam 11 asal lo tau. Dan sekarang udah jam 3 subuh. Lo nyari makan ke negara tetangga apa gimana? Lama banget. Atau lo udah nyicil ngerjain skripsi mulai dari sekarang? Sampe lupa pulang. Gila ya lo malem malem gini keluyuran mulu! Lo tau ga gue tuh khawatir Chan! KHAWATIR!!”

Chanhee tak menjawab. Ia justru sedang sibuk memperhatukan gerak bibir Changmin yg terlihat lucu saat sedang mengoceh dari samping. Changmin tak sadar, karna sedari awal kedua matanya masih menatap layar televisi.

Lalu tiba-tiba.....

“Changmin..”

“APA?!”

“Lo mau ciuman sama gue ga?”

Sontak Chanhee mencelos dalam hati. Padahal ia sudah berusaha untuk menegarkan dirinya sendiri. Namun kenapa mulut lemasnya itu masih saja bisa keceplosan?

Sekarang Chanhee dibuat kelabakan melihat wajah shock Changmin disebelahnya. Yg tadinya fokus menatap layar televisi kini berubah haluan menatap Chanhee dengan pandangan tak percaya seolah telah mendengar bisikan malaikat maut.

Namun begitu, ternyata otak dan tubuhnya masih saja tak sinkron. Entah mendapat ilham dari mana, kedua tangan Chanhee malah meraih tengkuk Changmin dan menyatukan bibir keduanya begitu saja seolah itu adalah hal biasa.

Untuk sepersekian detik keduanya hanya diam dan saling pandang dengan arti tatapan yg berbeda. Kedua mata Changmin melebar, sedangkan Chanhee malah membalasnya dengan tatapan mata yg sayu. Membuat Changmin melunak. Dan berakhir ia memagut bibir Chanhee karna sejujurnya ia sendiripun juga tertarik ingin merasakan.

Disela-sela ciumannya, Changmin merebahkan tubuh Chanhee agar relaks. Ia sendiri berada disampingnya dengan posisi miring. Bibir keduanya masih sibuk saling melumat dan menyesap. Terlihat sedikit agresif. Namun Changmin yg masih waras mengakhiri semuanya sebelum terjadi hal hal yg tak diinginkan.

“Udah dicium. Sekarang tidur ya?” Pintanya lembut. Changmin sadar ada yg tak beres dengan sahabatnya itu. Namun ia tak mau berpikiran macam macam dan memilih untuk kembali beristirahat.

“Eum. Makasih ciumnya..” ujar Chanhee sedikit tak jelas karna sekarang matanya telah tertutup dan hampir tertidur.


Bel tanda istirahatpun berbunyi. Juyeon yg terlihat sedang sibuk bermain ponsel di bangku taman sedikit menegakkan badannya, lalu memindahkan buket bunga yg sebelumnya berada di samping keatas pangkuannya.

Kedua matanya masih fokus pada benda persegi digenggaman tangannya dengan earphone yg juga masih terpasang pada kedua telinganya. Namun, buru buru ia lepas saat suara berisik dari para murid yg mulai menghambur keluar kelas menyapa indera pendengarannya. Hingga tak lama kemudian...

“JUYEON!”

“JUYO!”

Yg dipanggilpun menoleh. Mendapati dua orang yg ia tunggu berada dibelakangnya sedang beradu pandang dengan sengit. Keduanya datang secara bersamaan dari arah yg berbeda.

“Sini duduk.” Ujar Juyeon melambai kearah keduanya.

Tentu saja dituruti. Namun dengan tatapan mata tajam yg tak pernah terlepas seolah menusuk satu sama lain.

Kinii, disebelah kanan pria berperawakan tinggi besar terdapat Changmin yg sedikit menjaga jarak, sedangkan Chanhee disebelah kirinya terlihat menempel posesif. Tatapan mata seolah siap saling membunuh masih berlangsung entah sampai kapan.

“Santai aja kenapa sih? Jangan tegang gitu. Serem tau.”

Juyeon berusaha sedikit mencairkan suasana. Walaupun ia tau itu akan sia sia saja.

CHANGMIN :   “cepetan kamu mau apa. Aku gapunya banyak waktu.”

CHANHEE :   “dia ngapain sih ada disini?!”

JUYEON :   “mmm Chan, bisa agak geseran dikit? Sempit ini.”

CHANGMIN :   “ulet bulu mah gitu. Sekalinya nemplok, gatel!!”

CHANHEE :   “heh, lo tuh udah ga dianggep. Mending pergi deh!”

JUYEON :   “DIEM!! Aku kesini bukan mau ngajakin ribut. Oke oke sekarang aku mau ngomong, tolong jangan disela dulu. Tunggu sampe selesai, abis itu baru kalian ngomong.”

Setelahnya, Juyeon kembali menyalakan ponselnya. Membuka galeri, dan nunjukkan puluhan screenshot dari second account Chanhee. Membuat si empunya account memucat, dan Changmin yg terlihat shock.

“Chan, semalem abis confess ke aku, kamu kan buru buru lari ke kamar mandi, kamu ga sadar hp kamu ga kekunci. Disitu second account twitter kamu masih kebuka. Aku ga nyangka kamu sejahat ini. Ternyata semua ini udah kamu rencanain. Kamu tega ngerusak hubungan aku sama Changmin cuma karna oobsesi kamu itu. Kamu ga beneran suka sama aku Chan. Kamu itu terobsesi. Sama kaya apa yg kamu lakuin sama mantan kamu dulu. Tante udah cerita semuanya. Aku ga marah. Aku cuma kecewa. Aku pikir selama ini kamu baik. Tapi ternyata semua itu cuma sandiwara. Kamu playing victim seolah kamu yg paling bener, seolah semua orang jahat sama kamu, kamu muter balikin fakta dan bikin Changmin keliatan buruk dimataku. Kamu chat pake hp mama kamu, pura pura jadi dia dan ngejual cerita sedih seolah kamu serapuh itu dan butuh perlindungan. Kamu juga udah nyelakain Kevin. Aku beneran ga nyangka kamu bisa setega ini cuma demi obsesi kamu itu. Tapi kalo kamu pikir aku udah masuk perangkap, kamu salah. Apa yg aku lakuin selama ini pure cuma karna aku pengen berbuat baik. Aku pengen bantu. Karna mama kamu itu orang baik. Kalo kamu pikir aku bales perasaan kamu karna aku mutusin Changmin dan care sama kamu itu salah. Karna apa yg terjadi selama ini itu karna tipu daya kamu. Mungkin kamu bisa ngesetting apa yg terjadi disekitar kamu, tapi kamu gabisa ngerubah perasaan orang, Chan. Dihatiku cuma ada Changmin. Mau apapun yg terjadi, bahkan kalo kamu beneran orang baik sekalipun, itu bukan jaminan kamu bisa bikin aku berpaling dari dia. Karna ga semudah itu ngerubah isi hati.”

Juyeon bangkit dari tempatnya. Lalu jatuh berlutut dihadapan Changmin, dengan buket bunganya dalam genggaman. Menatap lembut pemuda mungil berparas menggemaskan tersebut. Sedangkan Chanhee hanya diam ditempatnya. Menatap getir dengan mata yg berkaca kaca dan sesekali menggigiti jarinya, berusaha menahan tangisan.

“Kecil, mungkin aku bukan cowo baik baik, kadang aku juga gapunya pendirian. Aku gabisa tegas, dan otakku kadang juga ga logis. Tapi percayalah, hati ini gapernah berubah. Kalo kamu punya perasaan yg sama kaya aku, bukannya kamu bisa ngerasainnya? Hati ini maunya cuma kamu. Kemanapun aku pergi, hatiku ketinggalan dikamu. Lagi sama siapapun aku, otakku cuma mikirin kamu. Apapun yg aku lakuin, rasanya selalu pengen meluk kamu. Aku kangen sama kamu, cil.. Ayo jadi kecilku lagi.. Yg kemana mana suka minta gendong aku, yg tangan kecil kamu ini selalu aku gandeng, yg ga keliatan tiap aku boncengin naik motor, yg selalu minta jajan kalo lagi ngambek. Cil, bahu lebarku ini hampa ga ada kamu yg hobi minta peluk. Yg suka senderan disitu kalo diajakin ngobrol, terus ujung ujungnya ketiduran dibahu aku. Aku kangen semua itu cil.. bisa ga kita kaya dulu lagi?”

Changmin tak kuasa untuk menjawab. Bibinya kalah cepat dengan air mata bahagia yg membasahi pipi gembilnya.

Changmin hanya menghambur kepelukan Juyeon. Menyandarkan kepalanya pada tempat favoritnya. Tempat yg beberapa waktu terakhir sangat ia rindukan, yaitu bahu lebar Juyeon. Lalu mengangguk perlahan.

Chanhee yg tak kuasa menahan rasa kesal, marah, dan sakit hati lantas beranjak dari tempatnya, namun Juyeon dengan sigap meraih pergelangan tangannya sebelum pemuda manis tersebut kabur.

JUYEON :   “Chan, ke ruang BK ya? Kamu dipanggil kesana. Ohya jangan lupa beresin barang barang kamu dulu di kelas.”

CHANGMIN :   “Chan, berubah ya? Karna ga semua hal didunia ini harus sesuai sama kehendak lo. Dunia ga berpusat sama lo. Liat, kalo hasilnya ga sesuai sama apa yg lo mau, yg ada lo bakal sakit hati sendiri. Siapa yg bikin sakit? Lo sendiri, sama ekspektasi lo yg ketinggian itu. Kalo mau temenan, ayo. Gue mau. Asal lo janji mau berubah.”

Chanhee tak menjawab. Ia mehempaskan tangan Juyeon agar cengkeramannya terlepas. Lantas berlalu begitu saja. Menatap tak suka pada siapa saja yg dilewatinya. Karna tanpa sadar, sedari tadi ketiganya telah menjadi tontonan puluhan siswa.


Ruang tidur utama yg sebelumnya terasa sangat dingin itu kini kembali menghangat karna kehadiran para penghuninya dalam formasi lengkap.

Dengan posisi Hyunjae yg berada diujung dekat tembok sedang berbaring miring mendekap Chanhee yg sedang menangis dalam pelukannya.

Lalu dibelakang Chanhee terdapat Younghoon yg juga memiringkan tubuhnya. Tangannya terlihat sibuk membelai surai Chanhee yg beraroma strawberry. Sesekali ia juga akan mengusap usap punggung sempit dihadapannya tersebut dengan lembut. Berharap dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan.

Sementara Juyeon tengah duduk dipinggir ranjang, dibagian kaki ketiga orang lainnya sembari menyimak pembicaraan. Sesekali ia juga akan memijat kaki Chanhee, sebagai bagian dari perhatian kecil yg ia berikan. Karna love language Juyeon adalah act of service. Pemuda tersebut memang tak terlalu banyak bicara seperti yg lainnya.

HYUNJAE : “udah belum nangisnya?”

YOUNGHOON : “biarin dulu aja.. biar dia lega. Dia kangen banget sama lo, asal lo tau. Hari harinya udah kek orang gapunya semangat hidup. Gue sama Juyeon sampe miris liatnya. Tapi bingung juga harus gimana. Karna gue yakin kepergian lo itu ada sangkut pautnya sama restu. Mau nekat nyamperin kerumah takut tambah runyam.”

HYUNJAE : “bener..”

JUYEON : “jadi, bisa dijelasin?”

HYUNJAE : “yaa kek yg kalian kira, semua ini ga semudah yg dibayangin.”

YOUNGHOON : “terus, gimana caranya lo bisa nyampe sini lagi?”

HYUNJAE : “gue nekat keluar dari zona nyaman demi perjuangin cinta gue. Dan kek yg kalian liat sekarang, gue balik kesini udah macem gembel. Cuma bawa diri sama hp doang. Semua fasilitas gue balikin.”

JUYEON : “kalo bisa kek gitu, kenapa ga dari awal aja? Padahal mau lo beneran miskin sekalipun kita ga masalah kok.”

HYUNJAE : “ga segampang itu. Awalnya gue mau dijodoh jodohin sama anak anak dari temen kerja bokap gue. Mana cewe semua.”

YOUNGHOON : “anak anak bigboss pasti pada cakep cakep ya?”

HYUNJAE : “iya sih.. tapi tetep gada yg bisa ngalahin kecantikan seorang Choi Chanhee yg bisa bikin gue bucin to the bone kek gini. Lagian apa yg mau diharepin dari hubungan gue sama cewe sih? Gue kan homo ☹️”

JUYEON : “jadi sekarang udah boleh? Udah dapet restu?”

HYUNJAE : “engga juga sebenernya. Tapi gue mau buktiin kalo gue bisa bahagia tanpa campur tangan mereka. Karna yg gue butuhin cuma Chanhee. Dan gue juga punya kalian berdua yg lebih dari sekedar temen. Kita keluarga kan?”

YOUNGHOON : “iya kita keluarga. Sampe kapanpun kita keluarga..”

CHANHEE : “jjja-jangan pergi lagi.. nanti aku sedih😔”

HYUNJAE : “engga dong.. aku janji yg kemarin itu bakal jadi hal terakhir yg nyakitin kamu. Kedepannya, aku bakal pastiin kamu bahagia terus. Maafin aku ya? Bukannya gamau ngelawan tapi aku juga gamau jadi anak durhaka. Udah bener kaya gini aja. Biar mereka bisa liat sendiri kalo aku juga bisa bahagia dengan pilihanku sendiri, dengan jalan hidupku sendiri. Karna masa depanku ga ada ditangan mereka, ga bergantung sama mereka. Terlebih kalo nanti tiba saatnya mereka pergi ninggalin dunia ini buat selamanya, aku mau ngandelin siapa kalo bukan diriku sendiri?”

JUYEON : “gue ga nyangka lo bisa mikir sejauh itu.”

HYUNJAE : “karna hubungan kita ini jangka panjang, jadi harus mikirin kedepannya juga dong. Tapi monmaap nih, gue harus ngerepotin kalian lagi untuk yg kesekian kalinya. Tapi gue bakal kerja kok. Ntar gue ikut Younghoon kerja lagi.”

YOUNGHOON : “padahal barusan bilang kalo kebahagiaan ga melulu soal materi.”

HYUNJAE : “kapan gue ngomong gitu?”

YOUNGHOON : “itu lo balikin semua fasilitas dan rela ngegembel kan demi kebahagiaan.”

HYUNJAE : “iya juga.. tapi tetep aja dari awal gue mulu yg ngerepotin.”

JUYEON : “kan barusan lo bilang ntar kerja lagi. Gimana sih? Kecuali lo mau nganggur sampe tua mending ke panti jompo dah.”

HYUNJAE : “gue belom tua ya babi. Masih pengen ngerasain nikah juga.”

YOUNGHOON : “udah diem jangan berisik. Itu yg lo peluk udah molor.”

HYUNJAE : “cepet amat???”

JUYEON : “dia suka insom sejak lo ga dirumah. Kurang istirahat. Ga nyaman kali ya?”

YOUNGHOON : “kebanyakan mikir sih kata gue. Kasian..”

HYUNJAE : “gue pikir dia gabakal nyariin gue. Soalnya disini masih ada kalian berdua. Gue pikir ilang satu doang gabakal ngaruh apa apa dihidupnya.”

JUYEON : “inget, Chanhee itu punya trauma ditinggalin sama orang orang yg dia sayang. Ga semudah itu dia ngerelain apa yg udah jadi miliknya buat pergi.”

HYUNJAE : “sayang banget gue sama bocah ini..” ujar Hyunjae mengakhiri sembari mengeratkan dekapannya pada tubuh ramping Chanhee yg seolah pas berada dalam rengkuhan kedua tangannya.


“Sekali engga, tetep engga!”

“Kasih aku alasan yg jelas, ma..”

“Apa sih yg kamu harepin dari orang kaya gitu? Yg mau nerima siapa aja jadi pacarnya? Orang kaya gitu ga lebih dari sampah, Lee Hyunjae!! Rendahan, murahan!!”

“Tapi mama kenal betul siapa Younghoon dan Juyeon. Orang orang berkelas macem mereka ga semudah itu jatuhin pilihannya. Lagian kami bertiga ini udah lama jadi walinya Chanhee. Anggep aja kami ini orangtua angkatnya. Dan gimanapun Chanhee sekarang, semua itu didikan kami bertiga. Chanhee tumbuh ditengah tengah keberadaan kami. Jadi kalo mama ngatain dia sampah, itu berarti mama ngatain aku sampah juga.”

“Mama gamau tau. Mama cuma pengen anak mama bahagia tanpa harus berbagi. Kamu layak dapet kebahagiaan yg seutuhnya.”

“Orangtuanya Younghoon sama Juyeon juga gitu kok pemikirannya. Tapi ga seegois mama. Karna kebahagiaan yg dimaksud itu ga harus memiliki sebuah objek yg kita tuju secara keseluruhan. Kalo bisa bahagia barengan, kenapa engga? Dan asal mama tau, Chanhee ga semurahan itu. Kami ngerawat dia dari masih kecil. Dia anak yg lugu dan polos. Bahkan sebenernya dia aja ga paham apa itu pacaran. Itu alasan aku jatuhin pilihan sama dia. Dan kalo mau mikir lebih jauh lagi, didikan mama sama papa yg tertanam di diri aku ini jelas didikan paling bagus yg kalian berikan. Jadi kalo kalian ngeraguin pilihan hidupku, sama aja kalian ngeraguin didikan kalian sendiri. Ma, anak yg mama didik dengan baik ini gamungkin mau asal pilih. Doktrin dan pengaruh yg kalian tanem diotakku ini ikut andil dalam memilih jalan hidup.”

“Mama tetep ga setuju kalo kamu mau serius sama Chanhee. Hyunjae, diluar sana masih banyak yg lebih baik dari dia. Yg masih single, yg bisa jadiin kamu satu satunya. Jadi kenapa harus berbagi?”

“Kan aku yg ngejalanin. Toh aku ga masalah kalo harus berbagi sama mereka. Ma, Younghoon sama Juyeon itu bukan orang asing. Bukan stranger yg entah darimana asalnya. Kami udah lama saling kenal bahkan hidup bareng. Mereka bukan orang sembarangan. Mereka itu orang baik baik yg berasal dari keluarga baik baik juga. Jadi ga ada yg perlu dikhawatirin. Orang berkelas kaya mereka gamungkin asal pilih. Coba buka mata hati mama dikit aja, dan mama bakal paham kenapa orangtua mereka semudah itu ngasih restu.”

“Gaperlu. Mama gabutuh. Gamau tau juga. Prinsip hidup orang kan ga harus selalu sama. Jangan samain mama sama papa kaya mereka dong. Dan kami berhak atas diri kamu karna kami orangtua kamu. Jadi kamu gaboleh ngebantah.”

“Tap-

“Sini, balikin semua fasilitas yg udah mama kasih sama kamu.”

“Fasilitas apasih?”

“Kunci mobil, kartu kredit, semua yg kamu bawa dari rumah ini.”

“Nih, aku balikin semua. Toh ga ngaruh juga buat kebahagiaan aku. Aku masih bisa hidup tanpa tunjangan dari kalian! Aku per-

“MASUK KAMAR!! Siapa bilang kamu boleh keluar dari rumah ini hah?!”

“Apa apaan ini hah?! Bilangnya pengen anaknya dapet kebahagiaan yg seutuhnya, tapi ujung-ujungnya malah disiksa sendiri. Aku gamau jadi anak durhaka tapi mama udah keterlaluan!!”

“Mama beneran gapeduli. Papa kamu punya banyak koneksi keluarga berkelas dan kamu bisa aja milih salah satu dari mereka tanpa harus berbagi. Masih banyak ikan dilautan, Lee Hyunjae.”

“Tapi aku maunya cuma Chanhee!!”

“Dicoba dulu. Oke?”

“Oke. Aku ikutin permainan kalian. Tapi kalo sampe ga ada yg cocok, aku gamau tau mama harus ngasih restu buat aku sama Chanhee. Kalo engga, aku bakalan pergi dan ga akan pernah muncul lagi dihadapan kalian.”

“Oke deal. Siniin hp kamu.”

“Nih. Ambil aja semuanya. Lakuin semau kalian. Aku jamin sebelum niat itu terlaksana, aku bakal gila duluan akibat kemauan kalian yg memperlakukan anaknya sendiri kaya binatang peliharaan.”

“Masuk kamar atau mama telpon papa kamu sekarang juga?!”

“Ck, iya aku denger gausah diulang ulang!”


HYUNJAE : “kamu kenapa sih cil? Siapa coba yg ngajarin kaya gitu?”

CHANHEE : “ga ada. Orang aku liat sendiri kok.”

YOUNGHOON : “liat dimana by?”

CHANHEE : “di kampus. Kalo sore sore banyak yg mojok. Changmin sama Sonu bilang mereka lagi ciuman.”

JUYEON : “udah gabener pergaulan remaja jaman sekarang. Yakali kampus dijadiin tempat mesum??? Ketar ketir gue.”

CHANHEE : “jawab ih! Emangnya orang pacaran harus kaya gitu ya? Tapi kenapa aku gapernah dicium? Apa kalian udah ga sayang sama aku lagi? 😔”

JUYEON : “gagitu, sayang.. Pacaran mah semau yg jalanin aja. Ga harus kaya gitu juga. Yg penting kan perasaannya. Yakan?”

CHANHEE : “mana aku tau. Orang seumur umur gapernah pacaran. Sekalinya pacaran langsung tiga pacarnya. Perlakuan kalian ke aku juga sama. Ga kaya orang orang diluar sana.”

YOUNGHOON : “by, yg kamu liat itu gabaik tau.. pacaran tuh perkara saling menyayangi. Makanya kita bikin ikatan. Ini soal perasaan.”

JUYEON : “bener. Selagi belum sah, your body your rules. Kita ga berhak ikut campur, sayang.”

CHANHEE : “emangnya ciuman bikin kita rugi ya? Sampe segitunya jagain aku. Padahal itu hal yg wajar dilakuin orang orang yg punya hubungan. Kata Changmin sama Sonu sih gitu..”

HYUNJAE : “kalo cuma ciuman doang kayanya ga rugi sih.. tapi gimana ya? Intinya itu bukan hal yg baik.”

CHANHEE : “tapi kalo udah pasti berujung ke pelaminan kaya nya gapapa deh. Ga ada yg perlu ditakutin juga. Kecuali kalian ragu sama hubungan kita.”

YOUNGHOON : “duhh kamu kenapa sih by? Segitunya maksa pengen ciuman?”

CHANHEE : “akutuh penasaran ☹️”

JUYEON : “btw, gapapa gasih? Ciuman doang. Lagian Chanhee udah gede ini.”

HYUNJAE : “gue lebih ke takut gabisa nahan diri sih..”

CHANHEE : “lagian aku kan bukan pacar pertama kalian. Aku yakin kalian pernah ciuman sebelumnya. Yakan? Jujur aja deh.”

YOUNGHOON : “yaa pernah sih..”

HYUNJAE : “iya pernah..”

JUYEON : “mmm pernah juga.”

CHANHEE : “nahhh.. terus kenapa gamau kaya gitu sama aku? Pasti kalian ga beneran sayang ya sama aku? Kalian cuma kasian kan sama aku? Karna aku hidup sebatang kara.”

YOUNGHOON : “ck, sini kamu.”

Akhirnya, Younghoon yg notabene menjadi orang yg paling tenang dan lembut diantara lainnya, habis juga kesabarannya karna perasaanya diragukan.

Tanpa aba-aba ia menarik lengan Chanhee hingga kekasihnya itu jatuh diatas pangkuannya. Lalu diraihnya dagu Chanhee hingga kini posisinya sedikit mendongak.

Sebagai permulaan, dikecupinya bibir ranum milik kekasihnya tersebut sebelum pada akhirnya ia lumat habis bibir atas dan bawahnya.

Setelah terbiasa, Younghoon meminta akses lebih agar lidahnya bisa masuk dan mengeksplore bagian dalam mulut Chanhee.

“Tutup mata kamu. Nikmatin semua yg kakak lakuin.” Bisiknya kemudian.

Sementara itu, Hyunjae dan Juyeon hanya bisa menelan ludah melihat perlakuan Younghoon pada Chanhee.

Membelit lidah Chanhee, menyesapi kedua belah bibirnya yg ranum, dan sesekali mengecupinya dengan lembut. Hingga terdengar bunyi kecipak akibat saliva keduanya yg menjadi satu membasahi kegiatan panas tersebut.

YOUNGHOON : “gimana? Udah ga penasaran lagi kan?” Tanya Younghoon setelah menyelesaikan kegiatannya.

CHANHEE : “mmm i-iya.”

HYUNJAE : “cil, masa Younghoon doang? ☹️”

JUYEON : “kita berdua juga mau kali yang..”

CHANHEE : “eh i-iya tapi besok besok lagi aja ya? Aku ngantuk mau tidur. Hehe..”

HYUNJAE : “ini baru jam berapa anjir? Cil, sini dulu!!”

YOUNGHOON : “udah biarin aja.”

JUYEON : “dia kenapa sih? Tadi ngebet banget pengen ciuman perasaan? Kenapa tiba tiba kabur gitu?”

YOUNGHOON : “Chanhee itu juga cowo kalo lo lupa. Sepolos polosnya dia, bakal kerangsang juga kalo ngelakuin sesuatu yg bisa mancing nafsunya. Dia udah dewasa. Udah puber juga. Makanya, gue sebenernya khawatir mau nyentuh dia lebih jauh. Tapi abis gue pikir pikir daripada dia nyimpen rasa penasarannya dan nyari solusi sendiri diluar sana, mending diturutin asal ga berlebihan.”

HYUNJAE : “maksud lo dia tadi turn on gitu?”

YOUNGHOON : “iya. Kerasa banget kali, orang dia gue pangku.”

JUYEON : “duhh udah udah jangan dibahas lagi. Gue jadi bayangin yg engga enga nih.”

HYUNJAE : “haahhhh.. solo lagi, solo lagi.. coba gue udah dapet restu, beneran udah gue tidurin tuh bocah.”

YOUNGHOON : “bacot. Sana coli! Jan ngarep lebih sebelum janur kuning melengkung.”

JUYEON : “siapa tau lo ga diajak yakan?”

HYUNJAE : “ga diajak ngapain?”

YOUNGHOON : “ga diajak nikah. Kan lo doang yg belom dapet restu.”

HYUNJAE : “semangatin kek. Malah dibikin putus asa. Biadap lo berdua.”

JUYEON : “protes mulu.. urusin tuh kontol. Kasian udah ngaceng dari tadi tapi dianggurin.”

HYUNJAE : “Yaelah kek gue gatau aja lo demen ngebokep.”

JUYEON : “yg penting ga ngerugiin orang lain bestie.”

HYUNJAE : “sini bagi bokepnya. Kurang asupan gue.”

YOUNGHOON : “ga waras nih orang berdua.”