Akhir Hidup Hyunjae?
21.00
Hyunjae tersentak dari tidur lelapnya saat rasa sakit mulai menjalar menghampiri kepalanya. Saat ia membuka mata dan berusaha mencerna apa yg terjadi, ia mendapati wajah suaminya berada begitu dekat dengan wajahnya. Dan rasa sakit itu, ternyata berasal dari rambutnya yg dijambak dengan sangat kuat. Membuatnya meringis kesakitan.
“Ssttttt jangan berisik. Saya tadi bilang apa sama kamu, sayang? 😏”
“A-aku gaboleh ti-tidur disini..”
“Pinter.. kenapa nekat? Kamu kangen di hajar ya? Lebih suka disakitin sama saya daripada nurut, hm?”
“E-engga mas ampun sa-sakit.. hikssss le-lepasin maaassss..”
“Siapa yg nyuruh kamu nangis, sayang?”
“Mas shakiiiiitthhhh huhuhu ampuunnn..”
Bukannya merasa iba, tangisan pilu Hyunjae justru membuat Juyeon semakin meledak ledak tak terkendali. Seharian ini kesabarannya terus terusan diuji. Mulai dari Eric, mamanya, dan juga Minju. Lalu sekarang Hyunjae turut membuatnya semakin kesal setengah mati.
Rambut Hyunjae yg berada dalam genggaman tangan besarnya itu ditarik dengan sangat kasar. Membuat Hyunjae terjatuh dari atas ranjang. Cukup kencang hingga menimbulkan bunyi layaknya dua benda yg beradu. Entah apa yg terbentur, Juyeon tak peduli. Ia sedang dikuasai amarah berkat semua orang yg seolah sengaja bersekongkol untuk membuatnya murka hari ini.
Melihat Hyunjae yg terkapar tak berdaya dilantai itu membuat adrenalin Juyeon makin terpacu dan bersemangat melanjutkan siksaannya. Melampiaskan segala amarah yg ia tahan seharian tadi.
Lalu beberapa saat kemudian dilingkarkanlah telapak tangan besarnya itu pada leher Hyunjae dan ditekannya dengan sangat kuat kelantai. Membuat Hyunjae gelagapan tak bisa bernafas.
Inginnya berteriak, namun suara serta nafasnya tercekat dileher. Hyunjae tersengal karna bersusah payah mencoba untuk bernafas, hingga kini wajahnya telah berubah warna menjadi merah keunguan. Matanyapun melotot tak lagi bisa dikedipkan.
Dan Hyunjae yakin, tak sampai satu menit ia akan mati ditangan suaminya sendiri.
Namun ternyata prediksinya salah. Karna sedetik kemudian Juyeon melepaskan cekikannya lalu menggenggam erat kerah baju Hyunjae hingga terpaksa membuatnya mengikuti gerakan tersebut.
Kini keduanya sedang berdiri berhadapan dengan jarak yg sangat dekat. Lalu Juyeon melingkarkan lengan kekarnya dibahu Hyunjae, dan lagi-lagi menjambak rambut pemuda tersebut dari belakang hingga membuatnya mendongak.
Lalu tanpa diduga, Juyeon menelusupkan wajahnya pada ceruk leher Hyunjae yg terekspose berkat kepalanya yg mendongak tersebut. Mengendus endus seperti kucing. Entah apa tujuannya. Yg jelas, apapun yg Juyeon lakukan sekarang sukses membuat Hyunjae ketakutan setengah mati.
“Hmm wangi..”
“Mas ampuuuunnnnnn.. sakit massss..”
PLAK!!
Memang benar Juyeon melepaskan jambakannya pada rambut Hyunjae. Namun kemudian menampar pipi pemuda manis tersebut dengan sangat kencang, membuatnya terhuyung dan hampir saja tersungkur kelantai jika tak menjaga keseimbangannya.
Belum puas dengan hal tersebut, Juyeon kembali menghampiri Hyunjae dan menampar pipinya yg satu lagi. Kali ini lebih kuat daripada yg sebelumnya. Membuat Hyunjae jatuh terduduk karna lemas, pandangannya juga mulai mengabur.
Namun seolah iblis yg tak mempunyai rasa belas kasihan, Juyeon kembali menarik kerah baju Hyunjae hingga membuat pemuda manis itu ikut berdiri, lalu tanpa aba-aba dihempaskannya tubuh Hyunjae kearah tembok hingga kepalanya terbentur dengan sangat keras. Setelahnya Hyunjae merosot kelantai. Dengan tatapan mata yg kosong. Pandangannyapun mulai menghitam.
Setelah melihat kondisi Hyunjae yg mengenaskan dan tak berdaya tersebut, barulah Juyeon merasa puas. Ia lantas melangkahkan kakinya keluar kamar. Berniat untuk beristirahat dirumahnya sendiri.