Selalu Diragukan


Juyeon terusik dari lelapnya karna merasa ada yg sedang mengguncang tubuhnya. Walaupun sangat pelan namun hal tersebut berhasil membuat Juyeon membuka matanya.

Dahinya mengernyit dan matanya menyipit berusaha memahami situasi. Dan pemandangan yg ia lihat pertama kali saat kesadarannya telah kembali adalah keberadaan Hyunjae yg tengah meringkuk nyaman dalam dekapannya, beralaskan salah satu lengan Juyeon sebagai bantalan. Matanya masih terpejam erat.

Lalu Juyeon menoleh kebelakang. Mencari asal guncangan yg ia rasakan.

Ternyata dibelakangnya terdapat sang ibu yg tengah berdiri disamping tempat tidur. Badannya sedikit condong kearah depan berusaha untuk menjangkau tubuh Juyeon. Tatapannya terlihat sangat khawatir dan tersirat sedikit ketakutan disana.

Sementara itu diambang pintu kamar, Juyeon melihat mertuanya sedang berdiri diam memperhatikan dengan raut wajah yg mengeras.

“Ju-

“Ssstttttt..” sahut Juyeon membuat gestur yg mengisyaratkan agar tetap tenang. “Jangan berisik ya? Nanti Hyunjae bangun.”

“Dia kenapa? Ga abis kamu paksa kan?”

“Tolong berhenti mikir yg engga engga sama aku ma. Hyunjae lagi sakit. Seharian tadi aku yg ngerawat dia. Sumpah aku ga ngapa-ngapain. Ga ada unsur paksaan disini. Bukannya kalian semua tau dia bakal berubah jadi manja dan clingy pas lagi sakit? Aku cuma berusaha ngasih kenyamanan buat dia. Dan dia ga keberatan.” Jelas Juyeon berusaha meyakinkan. Sembari mengeratkan pelukannya. Mebuat Hyunjae sedikit menggeliat karna terusik.

Namun pemuda manis itu justru semakin menenggelamkan tubuhnya dalam dekapan sang suami. Bahkan kini wajahnya sampai tak terlihat karna berada diceruk leher Juyeon.

Juyeon yg peka bahwa kesayangannya sedang terusik dari lelapnya kemudian mengelus surainya lembut. Berusaha agar Hyunjae kembali terlelap.

Hingga kedua orang dewasa yg berada disana terenyuh dibuatnya.

“Kaya nya kamu udah berhasil ngerawat dia dengan baik ya? Memang harusnya seperti ini sikap seorang kepala rumah tangga. Mengayomi, melindungi.. ohya, udah dibawa ke dokter?”

“Udah tadi siang ma. Tapi sampe rumah dia langsung tidur. Belum minum obat.”

“Bangunin dulu. Biar dia makan terus minum obat. Abis itu gapapa kalo mau tidur lagi. Mama bikinin bubur dulu.”

“Iyaaa.”


Kelopak mata Hyunjae terlihat bergerak gerak gelisah saat ia mendengar sebuah suara yg menyapa indera pendengarannya. Lalu sakit kepala yg teramat sangat menyiksa kembali menghampirinya. Membuat kantuknya spontan menghilang dan memaksanya membuka mata.

Hal pertama yg ia sadari saat membuka mata ialah tubuhnya yg tengah didekap erat oleh seseorang. Lalu perlahan ia beranikan diri untuk mendongak dan mendapati wajah sang suami yg hanya berjarak sepersekian milimeter dari wajahnya. Tengah menyunggingkan senyum manis. Ekspresi yg tak pernah Hyunjae lihat selama ini. Membuat jantungnya sontak berhenti berdetak dan salah tingkah. Karna sebelumnya mereka tak pernah sedekat ini. Dekat dalam arti yg sebenarnya..

“Nyenyak banget bobonya. Bangun dulu yuk? Mam terus minum obat. Abis itu bobo lagi.”

Hyunjae tak merespon. Yg ia lakukan hanyalah melirik sana sini berusaha menghindari tatapan mata sang suami dan berharap lelakinya itu tak merasakan debaran kencang dari jantungnya. Karna kini tubuh keduanya sedang menempel sangat erat.

Lalu tak lama kemudian Juyeon melepaskan dekapannya, menyibak rambut Hyunjae yg menutupi dahi dan melepas plester kompres demam yg menempel disana dengan niat akan ia ganti setelah Hyunjae selesai makan nantinya.

Perlakuan yg biasa saja. Namun sedetik kemudian Hyunjae dibuat membeku ditempatnya karna Juyeon mengecup keningnya dengan sangat lembut.

Matanya memanas. Selain efek dari suhu tubuhnya yg sangat tinggi, entah kenapa air matanya seakan ingin menyeruak keluar.

Perlakuan seperti inilah yg dari awal Hyunjae harapkan. Terlebih saat sedang sakit begini inginnya selalu dimanjakan, membuatnya semakin emosional.

Hyunjae merasa benar benar disayangi..